Sabtu, 18 April 2015

DARKNESS

Lord Byron (George Gordon Byron, Inggris abad ke-19 tahun 1816).


And war, which was a moment was no more, did glut himself again. A meal was bought, with blood, and each state sullenly apart gorging himself in gloom. No love was left.”
( Perang, yang saat ini sudah berhenti, muncul kembali untuk memuaskan diri. Santapan bergelimang darah yang memuaskan muka yang cemberut berkeping-keping. Tak ada rasa yang tersisa )

“I had a dream which was not all a dream.”
(Saya punya mimpi yang tak sepenuhnya mimpi)  

“The bright sun was extinguished, and the stars did wander darkling in the eternal space. Rayless, and pathless, and the icy earth swung blind and blackening in the moonless air. Morn came and went—and came, and brought no day.” 
(Matahari yang terang itu padam, dan bintang-bintang menggelap di angkasa yang abadi. Tanpa cahaya, tanpa jalan, dan Bumi yang beku membuta dan menghitam dalam langit tak berbulan. Pagi datang dan pergi—dan datang lagi, tanpa membawa hari). 

 All Earth was but one thought, and that was death. Immediate and inglorious. And the pang of famine fed upon all entrails, men died, and their bones were tombless as their flesh.” 
(Seluruh Bumi cuma punya satu pikiran, dan itu adalah kematian. Tiba-tiba dan begitu hina. Dan kelaparan yang menyapa perut, orang-orang mati, dan tulangnya tak berpusara seperti halnya daging mereka). 

Nb : 
PUISI INI menceritakan dahsyatnya dampak letusan Gunung Tambora Indonesia dua abad lalu di Eropa. 

Read More......

Selasa, 05 Oktober 2010

ASIMILASI NITROGEN INORGANIK PADA MIKROORGANISME AKUATIK

C. M BROWN and B. JHONSON
1. Department of Biological Sciences, Universty of Dundee, Scotland
2. Department of Microbiology, Unversity of Newcastle upon Tyne, England

SEBUAH REVIEW BUKU

MUHAMMAD FAHRI, MP**

Nitrogen sebagai suatu komponen penting biomolekul adalah penting bagi kehidupan. Sehingga untuk memahami karakteristik pertumbuhan mikroba pada habitat tertentu diperlukan pengetahuan mengenai (a) sumber ketersediaan nitrogen pada ekosistem tertentu, dan (b) penggunaan sumber tertentu oleh orgenisme tertentu. Bagaimanapun, perlu disadari mengenai oversimplifikasi tersebut. Nitrogen hanya salah satu dari suatu susunan faktor interlocking, baik kimia maupun fisika yang menggunakan tekanan selektif pada lingkungan, resultant parameter tersebut adalah alam, kualitatif dan kuantitatif pada populasi mikroba di habitatnya. Situasi ketersediaan nitrogen di tempat tertentu adalah komplek oleh bentuk dimana nitrogen mungkin tersedia, dan tetap dan transformasi yang sangat cepat pada susunan tersebut yang dihasilkan dalam siklus nitrogen.

Mekanisme oleh mikroorganisme prokariotik dan eukariotik menggunakan nitrogen yang tersedia (terutama dalam bentuk inorganik) dan implikasi fisiologi atau ekologi pada modulasi mekanisme tersebut oleh parameter lingkungan. Baik kimia dan fisika merupakan pendekatan yang positif pada satu aspek masalah yang komplek. Kami yakin bahwa melengkapinya adalah kesadaran pada keterbatasan dan constraint, seperti disebutkan sebelumnya pada suatu pendekatan yang kemudian menginterpretasikan data pengamatan (terutama laboratorium) bersama dengan ekstrapolasi cermat memiliki peranan penting dalam pengertian dasar pada ekosistem alam.

Sumber ketersediaan nitrogen dan siklus sumber tersebut adalah penting dalam lingkungan perairan terutama dari titik adanya polusi dan eutrofikasi berikutnya (didefinisikan sebagai suatu perubahan ekofaktor, baik fisika maupun kimia, baik dalam masa pendek maupun panjang pada parameter pertumbuhan organisme tertentu dalam lingkungan tersebut. Hal tersebut terpisah saat sumber nitrogen tumbuh terbatas pada habitat perairan tersebut. Tidak akan nampak kebanyakan kondisi konsentrasi dinitrogen akan membatasi fiksasi nitrogen. Pada kasus nitrat, nitrit dan ammonia bahwa konsentrasi masing-masing dapat mambatasi pertumbuhan mikroorganisme tersebut yang mampu untuk menggunakannya. Dalam bahasan ini perlu mempertimbangkan situasi tersebut dimana relief pembatasan mungkin berperan. Ketersediaan nitrat (jumlah lebih rendah) dan nitrit meliputi upwelling perairan dari daerah yang lebih rendah pada konsentrasi lebih tinggi, penambahan eksogenous ion tersebut (polusi) dan jumlah dan aktivitas organisme nitrifikasi. Tingkat kenaikan ammonia akan menuju baik jumlah dan aktivitas organisme denitrifikasi, atau pada input percampuran polusi dimana kebanyakan ketersediaan ammonia untuk deaminasi mikroba pada susunan organik nitrogen.

Selanjutnya, dalam kasus pengaturan mikroorganisme non nitrogen pada daerah dimana tingkat ketersediaan sumber inorganik nitrogen terbatas, pertumbuhan orgenisme tersebut dapat distimulasi oleh perubahan, baik secara kimia atau fisika pada konsentrasi substrat ini. Relief tersebut lebih disukai untuk diamati pada skala besar di daratan, estuarine dan perairan pantai, terutama dekat pusat kepadatan penduduk daripada di lautan terbuka. Sesuatu dapat menjadi kesalahan negatif, penemuan bahwa konsentrasi sumber N tertentu dalam lingkungan tertentu yang rendah dapat menggambarkan dengan baik suatu paruh waktu yang pendek, produksi yang cepat dan penggunaan susunan yang cepat.

Konsentrasi berbagai campuran sumber nitrogen inorganik biasanya sangat rendah dan meskipun pada umumnya ammonia terutama mengambil nitrat di laboratorium kultur bakteri, alga dan jamur, nitrat dapat menjadi sumber utama sejak pada contoh kebanyakan konsentrasinya lebih tinggi daripada ammonia. Kondisi yang jelas untuk menandai bahwa ammonia merupakan subjek yang turun lebih cepat daripada nitrat dan konsentrasi yang ditemukan di beberapa lingkungan mungkin tidak menjadi suatu refleksi seimbang pada signifikasinya sebagai suatu assimilatory sumber nitrogen. Konsentrasi substrat yang sangat rendah yang ditemukan di lingkungan perairan adalah signifikan bahwa affinitas substrat yang sangat tinggi untuk pengambilan dan asimilasi adalah jelas dalam contoh tersebut yang telah terukur.

Penyebaran relatif sumber nitrogen adalah jelas pada signifikan kecil di lingkungan dimana nitrogen terbatas dan terdapat tanda yang menunjukkan bahwa sumber nitrogen berbeda dapat diambil secara simultan. Sebagai contoh, populasi alami phytoplankton laut mengambil nitrat dan ammonia pada waktu bersamaan jika konsentrasi ammonia tidak melebihi 0.5 sampai 1.0 x 10-6 M, Azotobacter chroococcum menggunakan dinitrogen dan ammonia pada waktu bersamaan dan nitrat dan ammonia digunakan secara simultan oleh pseudomonad laut, namun hanya saat konsentrasi ammonia rendah. Untuk mengetahui apakah akibat populasi mempengaruhi penekanan fiksasi dinitrogen oleh nitrat dan ammonia dan penggunaan nitrat oleh ammonia dan hasil dari percobaan laboratorium atau dari pengalaman lapang dimana konsentrasi organisme lebih tinggi daripada dalam lingkungan alami harus dilihat dengan cermat sampai informasi ini tersedia.

Kontrol sintesis beberapa enzim meliputi asimilasi nitrogen inorganik oleh mekanisme repress dan de-repress ketika lainnya dikontrol oleh repress dan induksi. Sampai kategori pertama datang, sebagai contoh, nitrogenase bakteri dan kemungkinan pada blue green alga, pengurangan nitrat pada pseudomonad laut dan beberapa jamur, sintetase glutamin pada bakteri, GOGAT pada beberapa bakteri dan biosintetik GDH di beberapa yeast. Tidak adanya akibat populasi terbatas saat konsentrasi sumber nitrogen tertahan cukup tinggi pada lingkungan alami untuk menekan sintesis enzim. Hal ini merupakan pemborosan dalam masa suatu enzim disintesis dan tidak digunakan namun kehadirannya dapat membawa organisme pada suatu keuntungan dalam perubahan lingkungan. Dengan enzim tersebut bahwa kebutuhan akan hadirnya substrat untuk sintesis enzim (dan/atau aktivitas), yang meliputi pengurangan nitrat alga, pengurangan nitrat pada yeast dan beberapa filamen jamur dan rantai-NADP GDH pada beberapa bakteri, mungkin menjadi contoh saat konsentrasi substrat yang berkaitan cukup untuk menyediakan induksi lengkap pada sintesis enzim.

Pada waktu keseluruhan siklus nitrogen sebagai garis besar dalam bagian l beberapa hasil transformasi hanya dalam suatu penurunan materi nitrogen dalam pola yang seimbang tanpa pencapaian atau kehilangan bersih pada sistem. Perkecualian untuk ini adalah fiksasi dinitrogen dan menghasilkan denitrifikasi dalam produksi dinitrogen. Fiksasi dinitrogen adalah signifikan tertentu pada habitat kandungan nitrogen rendah namun hal ini terbukti bahwa untuk sistem pembatasan nitrogen untuk bertahan kemudian beberapa constraints harus dijalankan untuk fiksasi nitrogen. Faktor pembatas tersebut adalah hal penting. Ini bukan berarti fiksasi nitrogen dibatasi oleh ketersediaan dinitrogen atau oleh konsentrasi sumber nitrogen kecuali dalam beberapa lokasi air tawar eutrophik. Faktor tidak terbatas lainnya mempengaruhi tingkat fiksasi nitrogen meliputi nutrien, cahaya, tensi oksigen, suhu dan salinitas. Dalam beberapa tahun metode yang terkenal pada kuantitatif fiksasi nitrogen meliputi penggunaan teknik pengurangan asetilen, manfaat besar yang menguntungkan. Penting untuk menilai hubungan absolut antara tingkat pengurangan asetilen dan fiksasi nitrogen sebenarnya dan untuk menentukan apakah hubungan tersebut berperan di bawah semua kondisi lingkungan. Sebagai tambahan, dibutuhkan informasi pembanding pada permeabilitas dua substrat, pada nilai KM relatif untuk nitrogenase dan pengaruh inhibitory yang mungkin pada konsentrasi asetilen yang digunakan.

Identifikasi substrat yang terbatas dalam suatu lingkungan buatan pada waktu yang ditentukan adalah sulit untuk menetapkan dengan ketentuan sejak berbagai nutrien ada dalam konsentrasi terbatas yang dekat dan merubah proporsi relatifnya mungkin merubah keterbatasan alami. Konsep ini menjadi signifikan tertentu dalam lingkungan estuarin atau dekat pantai dimana kondisi salinitas dan konsentrasi nutrien menjadi subjek yang berubah cepat dalam percampuran air tawar dan air laut.

Konsentrasi garam sedang diketahui menambah ukuran intraselular kumpulan asam amino pada diatom laut Phaeodactylum tricornulum (Bosnier et al., 1969) dan sejumlah bakteri (Tempest et al., 1970; Brown dan Stanley, 1972) meliputi beberapa pseudomonad laut (Stanley dan Brown, 1974) dan penambahan tersebut menyediakan beberapa fungsi osmoregulatory. Pada bakteri suatu penambahan konsentrasi media NaCl memiliki pengaruh penanda pada kandungan glutamat dan prolin. Pada kultur chemostat nitrogen terbatas kumpulan kandungan pseudomonad laut mungkin meningkat dari 3.3 x 10-3 M pada 0.2 M NaCl sampai 20 x 10-3 M pada 0.5 M NaCl sementara dalam sistem karbon terbatas kumpulan tersebut meningkat dari 33 x 10-3 M sampai 165 x 10-3 M melebihi kisaran garam serupa. Pseudomonad laut PL1 menunjukkan suatu respon cepat yang tak terhingga sampai salinitas sedang dengan tingkat kumpulan glutamat berduplikasi dalam 5 menit pada penambahan NaCl sebagai suatu ”denyut” dalam sistem karbon terbatas. Respon di bawah pembatasan nitrogen lebih lambat namun kumpulan glutamat meningkatkan beberapa empat lipatan dalam 100 menit pada organisme yang tumbuh dengan rata-rata turunan waktu 414 menit (Stanley dan Brown, 1974). Sintesis asam amino de novo atau pemecahan polimer intraseluler tidak diketahui.

Pada situasi sebaliknya, di suatu lingkungan dimana salinitas berkurang secara cepat dan selektif, pengurangan kandungan dalam kultur laboratorium menghasilkan eksresi kuantitas signifikan asam amino (glutamat dan prolin) pada media kultur. Eksresi ini tidak dihitung secara kuantitatif untuk pengurangan kandungan dan terlihat bahwa saat mekanisme sangat cepat bertahan untuk menambah kandungan dengan suatu penambahan salinitas, kemudian mekanisme cepat yang seimbang bertahan untuk mengurangi kandungan dengan kerugian minimal nitrogen amino oleh eksresi.

Interaksi salinitas dan asmilasi nitrogen lainnya dapat dilihat dalam respon pseudomonad psychrophyic air tawar (strain B4) untuk tumbuh pada salinitas berbeda. Seperti ditampilkan pada Gambar 2, toleransi garam pada organisme ini adalah kuat tergantung pada media sumber nitrogen. Toleransi garam ditunjukkan oleh kultur yang tumbuh pada adanya ammonia berlebih yang juga ditunjukkan dalam pertumbuhan pada glutamat (media kultur yang terdiri dari kuantitas substansi ammonia) sementara toleransi tersebut tidak ditunjukkan oleh ammonia atau kultur nitrat terbatas atau pertumbuhan tersebut pada adanya nitrat berlebih. Strain B4, pada umumnya pseudomonad laut dan Ps. aeruginosa dan Ps. fluoroscens saat tumbuh pada nitrat berlebih jika nitrogen terbatas. Toleransi garam ditunjukkan oleh kultur yang tumbuh pada ammonia berlebih namun bukan oleh kultur nitrogen terbatas dan kenyataan ini menjadi signifikan penting dalam hubungan persaingan antara bakteri air tawar dan air laut dalam suatu estuari terpolusi. Organisme lainnya (strain E1) mampu menoleransi sampai 0.6 M NaCl (misalnya salinitas laut tersebut) saat tumbuh pada baik nitrat, ammonia atau glutamat dan tidak menunjukkan perlindungan yang berlawanan dengan NaCl pada ammonia yang berlebih, tidak juga peringatan perlindungan pada pseudomonad laut yang akan tumbuh dalam kisaran 0.2 sampai 1.0 M NaCl pada nitrat, ammonia atau glutamat. Hal tersebut seperti terlihat bahwa perlindungan ammonia mungkin terjadi hanya dalam organisme tersebut tidak menyesuaikan konsentrasi NaCl tinggi.

Kemampuan untuk menggunakan sumber nitrogen utama yaitu nitrat, akan mejadi ukuran kemampuan untuk tumbuh dalam suatu lingkungan perairan dan hal ini muncul oleh kenyataan bahwa kebanyakan mikroorganisme perairan mampu untuk menggunakan nitrat. Mayoritas bakteri yang ada di lingkungan perairan yang tidak terpolusi adalah gram negatif dan hubungan antara kandungan asam amino dan kemampuan untuk tumbuh dan bertahan di bawah kondisi tersebut. Selanjutnya gram positif Bacillus spp. tumbuh dalam chemostat di bawah kandungan nitrogen terbatas, rata-rata sepuluh kali kumpulan asam amino pada kisaran bakteri gram negatif tumbuh di bawah kondisi serupa. Pengaruh penambahan salinitas pada baik organisme gram negatif dan gram positif adalah penambahan penanda kandungan asam amino (Brown dan Stanley, 1972), misalnya B. subtilis tumbuh pada adanya 0.375 M NaCl yang dikandung tingkat glutamat 130 mM dan prolin 220 mM. Di lingkungan nitrogen terbatas mungkin diduga bahwa pertumbuhan bakteri yang lebih besar akan didukung pada salinitas lebih rendah daripada saat konsentrasi garam lebih tinggi dan pada lingkungan tersebut organisme gram negatif mungkin menjadi predominasi. Hal tersebut menjadi menarik untuk mengetahui apakah kondisi serupa didapatkan pada mikroalga, dan juga untuk mengetahui apakah ukuran ini mengendalikan penyebaran orgenisme tersebut di lingkungan saline.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa sumber alami dan konsentrasi nitrogen di lingkungan perairan menimbulkan pengaruh pada tiga tingkat, pada sel, pada populasi dan pada ekosistem, baik mikro dan makro.

Review ini diselesaikan pada April 1974, sejak saat adanya sintesis glutamate (rantai ferredoxin) yang terlihat pada blue green alga, alga eukariotik dan tumbuhan tingkat tinggi. Untuk informasi selanjutnya, review oleh Miflin dan Lea (1976) direkomendasikan untuk para pembaca.

Read More......

PENGARUH MANUISA PADA SIKLUS N

Muhammad Fahri, MP

Pendahuluan.

Suatu kunci pemahaman peredaran Nitrogen (N) adalah untuk menentukan gangguan kegiatan manusia (human-induced) pada peredaran N yang alami seperti penentuan melibatkan pemahaman pertama, menguraikan, dan mengukur peredaran N yang alami pada global, regional, dan skala lokal. Konsentrasi jenis N di lingkungan sangat bervariasi atas jarak yang singkat. Variabilitas alami ini dapat membuatnya sukar untuk mengevaluasi pengaruh manusia pada peredaran N. Idealnya, semua komponen yang alami peredaran N harus diukur dengan ketelitian dan ketepatan yang dikenal. Dalam praktek, ini adalah mustahil. Pada kenyataannya, perkiraan dibuat dari penting atau besarnya komponen utama peredaran N berdasar pada pengukuran yang tidak lengkap atau terpisah-pisah. Ada ketidak-pastian besar pada penting/besar perubahan terus menerus secara alami diperkirakan N dan penyimpanan N alami didalam reservoir N.

Sebagai contoh, perkiraan fiksasi N laut sebesar 40-200 juta metrik tons/tahun, deposisi organik-N di atmosfir 10-100 juta metrik tons/tahun dan, emisi ammonia/ammonium terestrial (NH3/NH4+) sebesar 91-186 juta metric ton N/tahun. Satu alasan untuk ketidak-pastian yang besar seperti itu adalah bahwa dunia alami adalah heterogen dan besar dan secara luas dimodifikasi oleh berbagai pengaruh manusia. Ini membuat sangat sukar mengukur peredaran N alami.

Suatu perkiraan siklus N alami dibuat, kemudian perkiraan gangguan manusia pada siklus N alami dapat dibuat. Aktivitas Manusia mempengaruhi peredaran N melalui saling berinteraksi phisik, bahan kimia dan proses biologi. Didalam menaksir fiksasi N oleh pembakaran bahan bakar fosil (fossil-fuel), tingkat fiksasi N diperkirakan didasarkan pada data yang tersedia, sebagai contoh, suhu pembakaran, proses pembakaran, dan isi bahan bakar N. Fiksasi N oleh kacang-kacangan diperkirakan didasarkan pada penghitungan pengukuran fiksasi N pada sejumlah kecil penempatan yang spesifik.

Dalam beberapa situasi, adalah mudah untuk menentukan dengan kepercayaan bahwa peredaran N meningkat sehubungan dengan aktivitas manusia. Sebagai contoh, pemecatan langsung pemborosan manusia pada sungai dapat diukur dan konsentrasi dapat sangat tinggi bahwa tidak dapat dibantah hampir semua N dalam air adalah terkaitan dengan masukan oleh manusia. Dan sebaliknya, masukan N oleh manusia yang diukur dapat rendah, dimana mungkin saja lebih sukar untuk menyatakan dengan pasti masukan N manusia itu sudah meningkatkan N alami pada kandungan sungai, sebab masukan N manusia adalah dalam cakupan ketidak-pastian N alami yang diperkirakan dalam isi sungai. Itu dapat lebih sukar lagi untuk menentukan tingkat pada aktivitas manusia mana yang membingungkan peredaran N alami ketika keduanya baik peredaran N alami dan masukan manusia mempunyai ketidak-pastian yang tinggi.

Tantangan untuk menilai kontribusi alami dan proses human-induced relatif untuk peredaran N di bawah kondisi-kondisi ketidak-pastian. Untuk melakukan ini, suatu sistem perhitungan N penuh harus dimapankan dengan ditetapkan tingkat ketelitian. Dan sistem perhitungan harus meliputi aktivitas manusia yang menghabiskan reservoir N dan mengurangi peredaran N, seperti halnya meningkatkan peredaran N yang penting/besar.

Evolusi Pengaruhi Manusia Pada Siklus N.

Seperti yang dibahas di Biosphere, hampir dimana-mana manusia prasejarah tinggal mereka memodifikasi lingkungan untuk memanfaatkan dengan penggunaan api. Secara phisik memindahkan tutupan tumbuh-tumbuhan daratan, api meningkatkan perpindahan N dari daratan oleh angin dan erosi air dan dengan pelarutan dari N terlarut. Keteduhan yang direduksi dan suatu permukaan dibakar untuk membuat permukaan lebih hangat (dengan mengurangi evapotranspirasi) sering membuat daratan lebih panas. Ini secara biologi dirangsang oleh nitrifikasi dan denitrifikasi, dimana, pada gilirannya, meningkatkan lebih lanjut hilangnya N dari daratan ke hydrosphere dan atmospir, secara berturut-turut.

Dengan cara yang sama, api secara kimiawi merangsang mineralisasi tanah bahan organik ke NH4+, banyak pohon dengan kayu keras yang bersifat sangat alkali yang ditinggalkan oleh api yang dikonversi ke gas NH3, lebih lanjut penambahan hilangnya lahan N ke atmospir. Apalagi, api itu sendiri secara kimiawi mengkonversi sebagian besar N yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang terbakar ke gas N2 melalui suatu proses yang disebut dengan pyrodenitrifikasi.

Sebaliknya, api secara istimewa merangsang pertumbuhan tumbuhan yang mendukung fiksasi N secara mutualistik dan simbiotik seperti halnya populasi bakteri asymbiotik pemfiksasian N. Kendati hilangnya meningkatkan fire-induced N tanah ke hydrosphere dan atmospir, efek api meningkatkan fiksasi N menjadi sangat besar, pemandangan yang dibakar biasanya diperoleh N sebagai hasil api. Di Illinois, penggunaan api masa prasejarah oleh Orang Amerika Asli membantu untuk menggandakan kandungan dari N tanah dengan pemeliharaan kebanyakan dari daratan didalam padang rumput yang luas dibandingkan didalam hutan. Ini prairies (dan sisa-sisa hutan yang dibakar) mendukung populasi binatang pengaruh pada ekologi American yang dibentuk. Lebih lanjut meningkatkan perpindahan N ke atmospir dan hydrosphere. Tetapi, oleh api, pembedaan binatang meningkatkan fiksasi N lebih dari peningkatan perpindahan N.

Sebagai peradaban lebih konvensional perkembangan sejarah waktu, manusia mempengaruhi atas peredaran N bergeser dengan mengubah praktek pemanfaatan lahan daratan. Api masih digunakan, dikombinasikan dengan teknik lain. Daerah hutan dan padang rumput yang dibakar/terbakar mendukung binatang yang dipelihara. Pupuk yang kaya kandungan N dan air seni dari binatang telah bercampur dan dikomposisikan dengan pupuk miskin N secara relatif material tananam untuk menghasilkan suatu pelepasan/release yang lambat remarkably-consistent biokimia yang kaya organik. Pupuk organik ini diberlakukan untuk tilled dan mengolah cropland. Gangguan fisik memacu mineralisasi N didalam bahan organik ke NH4+ dan pengisian angin yang diproduksi oleh tille memacu konversi dari mineralisasi N ke NO3-, kedua bentuk dari N inorganik yang siap digunakan oleh tanaman musiman.

Pada iklim hangat lembab, seperti Illinois, sekitar dua are padang rumput diperlukan untuk mendukung tiap-tiap are dari tanah pertanian (cropland) yang dibajak; sebagian dari cropland ini digunakan untuk lahan makanan binatang yang digunakan untuk pupuk didaur ulang kembali ke cropland. Meskipun demikian, cropland hilang kesuburan sehubungan dengan status alami. Sebagai contoh, di midwest USA Cornbelt, tilled croplands hilang hampir separuh kandungan N pada 60 tahun pertama. Pertanian Wetland dikembangkan oleh peradaban pada kedua masa baik masa lampau dan baru dengan tak terpisahkan pemfiksasian N tinggi dari kapasitas ekosistem wetland yang berarti pertanian wetland ini memerlukan sedikit atau tidak ada tambahan untuk mendukung kesuburan.

Ketika peradaban menjadi terindustrialisasi, manusia mempengaruhi pada peredaran N bergeser lagi. Tenaga binatang telah digantikan oleh tenaga mesin; pupuk telah digantikan oleh pupuk kimia dan penggunaan dari peningkatan pemfiksasian N kacang-kacangan. Tumbuhan dipelihara dan mengurangi hilangnya tanaman musiman pada rumput liar, serangga dan penyakit meningkat hasil setiap are dari tanaman musiman utama (seperti, jagung, gandum, padi) 10-fold, atau lebih, dalam perkembangan dunia. Sebagai contoh, U.S. produksi panen telah meningkat lebih dari 5-fold ketika area cropland berkurang dari 162 juta ha di sekitar Tahun 1900 sampai 113 juta ha pada Tahun 1990an. Area Illinois baris tanaman musiman meningkat dari 4 juta ha pada 1900 ke sekitar 9.3 juta ha pada akhir 1990an.

Produksi panen intensive masa kini memerlukan aplikasi pupuk N lebih besar dari penerapan pada pertengahan Tahun 1900an. Semakin pupuk N diterapkan semakin besar potensi untuk hilangnya N ke atmospir dan hydrosphere. Mengetahui permasalahan terkait dengan pupuk ini, pertanian sedang berhembang meningkat praktek manajemen terbaik (best management practices / BMPs) seperti manajemen slow-release permukaan air dibawah tanah dan pupuk kimia dan teknik lain untuk mengurangi tingkat nitrifikasi/denitrifikasi selama periode dari tumbuhan yang menuntut N rendah. Juga pertanian sedang bergeser ke suatu kombinasi membangun kembali lahan reservoir N organik dan meningkatkan jumlah tumbuhan rhizosphere untuk fiksasi N dan pengambilan N untuk berkurang ketergantungan pada pupuk N kimiawi.

Generasi energi melepaskan lapisan N tanah yang disimpan bahan bakar fosil dan juga memperbaiki O2 di atmosfir dan N2 dibawah kondisi-kondisi dari temperatur dan tekanan tinggi. Solusi rekayasa mempunyai dan melanjutkan untuk mengurangi jumlah fiksasi N yang diproduksi setiap satuan produksi energi.

Peran Manusia Dalam Modifikasi Siklus N.

Aktivitas Manusia yang utama hari ini yang mempengaruhi siklus N global adalah pembakaran bahan bakar fosil, produksi dan penggunaan dari pupuk kimia, dan pertumbuhan pemfiksasian N tanaman musiman. Aktivitas ini dilaporkan untuk menggandakan penting/besar fiksasi N diatas benua. Isu lingkungan yang utama sehubungan dengan peningkatan ini adalah perubahan iklim global, pengurang ozon stratospherik, asap regional, penurunan derajat jarak penglihatan, hujan asam, perusakan pemanfaatan air, dan eutrophikasi.

Nb : dari berbagai sumber reffernsi

Read More......

TRANSFORMASI JENIS NITROGEN

MUHAMMAD FAHRI, S.Pi MP

Nitrogen (N) menjadi sangat penting bagi kehidupan yang kebanyakan bentuk N yang dilepaskan oleh satu organisme sebagai "limbah" yang pada umumnya dapat dipungut oleh organisma lain sebagai makanan yang panjang sebelumnya seperti "limbah" N dapat diperoleh kesempatan untuk mengambil bagian penuh pada satuan reaksi oxidasi/reduksi (reaksi nitrifikasi/denitrifikasi) yang mengidentifikasi peredaran N yang disederhanakan. Pada sistem dartan (terestrial), suatu produk penting (dan dengan begitu disimpan) dari konstanta ini dan peredaran yang dinamis dari organik "limbah" sebagai humus. Ini dicerminkan dari komposisi kimia humus, dimana atas dasar perbandingan C:N adalah intermediate/perantara yang khas antara tumbuhan dan hewan/mikroorganisme.

Fiksasi N2

Fiksasi N adalah proses dimana N2 di atmosfir dikonversi ke campuran yang dapat digunakan oleh tananam. Itu adalah suatu proses alami yang difasilitasi oleh jasad renik tertentu dan proses industri yang memerlukan sejumlah energi yang besar. Walaupun semua organisme memerlukan campuran N, sangat sedikit yang bisa menggunakan N2, yang paling melimpah bentuk unsur yang siap dimanfaatkan. Kebanyakan organisme memerlukan bentuk N yang difiksasi dalam wujud NH3, NO3-, NO2-, atau N organik. Jumlah N yang difiksasi mungkin adalah faktor kunci yang membatasi didalam kemampuan bumi untuk mendukung kehidupan.

Molekul N2 secara relatif tidak reaktif dan lemah. Itu berkombinasi dengan unsur-unsur lain hanya pada temperatur dan tekanan tinggi atau dihadapan suatu katalisator. N dapat difiksasi dalam wujud beberapa oksida. Dua sumber N oksida adalah mesin pembakaran internal dan pencahayaan. Mesin pembakaran internal menghasilkan NO dan NO2 sebab temperatur internal yang tinggi dan disebabkan tekanan N2 di atmosfir dan O2 untuk bereaksi. Lucutan elektris tegangan tinggi, seperti petir, dapat mengoxidasi N2. Cyanobacteria (Blue-Green algae) dan bakteri berhubungan dengan kacang-kacangan dapat memperbaiki N2 dengan menguranginya ke ammoniacal (seperti amoniak) N, kebanyakan dalam wujud asam amino. N2 direduksi menjadi NH3 yang secara industri menggunakan temperatur tinggi, tekanan, dan suatu katalisator. Produksi NH3 industri bahan kimia kedua terbesar di Amerika Serikat, dengan produksi tahunan 17.2 juta metric ton (14.2 juta metric ton N).

Pada waktu sebelum industrial, fiksasi alami dari gas N2 di atmosfir diperkirakan mencapai 40 sampai 200 juta metric ton N/Tahun oleh ekositem laut dan 90 sampai 130 juta metric ton N/Tahun oleh ekosistem daratan/terestrial (Galloway, 1998). Petir menghasilkan kira-kira 9.4 juta metric ton N oksida setiap tahun. Perkiraan[dari fiksasi N2 yang global anthropogenik meliputi 80 juta metrik tons/tahun bahan kimia pupuk N, 20 juta metric ton N/Tahun yang dilepaskan oleh pembakaran, 25 juta metric ton N/Tahun yang difiksasi oleh tananaman pertanian penfiksasian N kacang-kacangan, dan 25 juta ton N yang didaur ulang dengan kurang baik menggambarkan limbah anthropogenik (Kinzig dan Socolow, 1994; Galloway et al., 1995; Galloway, 1998; Smil, 1999). Produksi USA pada Tahun 1999 mencakup kira-kira 17 juta metric ton dari NH3 anhydous, 7 juta metric ton ammonium nitrat, 3 juta metric ton ammonium sulfat, dan 8 juta metric ton asam nitrit (Anon, 2000). Perkiraan pembakaran meliputi oksidasi organik-N pada batubara dan minyak untuk NO. Walaupun ini bukan fiksasi N2, beberapa peneliti merasakan itu adalah setara dengan fiksasi N2 sebab organik N akan tidak tersedia untuk siklus di biosphere (Vitousek et al., 1997).

Adalah menarik untuk dicatat bahwa jumlah N2 yang dilepaskan oleh pembakaran dan produksi pupuk menjadi sama besarnya sebagai yang diperkirakan biologi terestrial dari fiksasi N.

Proses Biologi Yang Menyertakan N

Kandungan N adalah penting bagi semua bentuk kehidupan. Paling utama biomolekul mengandung N pada suatu bentuk yang serupa untuk amoniak (bentuk oksidasi -3). Hampir semua seperti N disebut ammoniacal N -yaitu salah satu dari atom hidrogen dikombinasikan dengan atom amoniak N yang digantikan oleh atom karbon, misalnya, C-NH2. N adalah komponen penting dari protein, peptida, enzim, molekul energi transfer (ATP, ADP), dan material genetik (RNA dan DNA)- unsur yang penting bagi semua organisme.

Sedangkan jumlah N yang diperlukan oleh hewan, jasad renik, dan tumbuhan sangat bervariasi, sejumlah N diperlukan selalu cukup besar untuk membuat N jatuh masuk ke kategori menjadi macronutrient penting (diperlukan sejumlah besar sehubungan dengan bahan nutrien lain yang penting seperti : kalsium, fosfor, kalium, sulfur, dan magnesium). Dalam semua kasus, kebutuhan bahan nutrien untuk N terlewati hanya oleh karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).

Bakteri tertentu juga menggunakan campuran N dalam pernapasan (produksi energi). pada semua organisme, pernapasan adalah suatu reaksi oxidation-reduction (redox) yang menyertakan suatu oxidant (akseptor elektron) dan suatu reductant (donor elektron). Aerobes (termasuk manusia) memanfaatkan oksigen sebagai akseptor elektron. Energi yang tersedia dari berbagai reaksi yang dilakukan oleh organisme disampaikan dalam tujuh baris yang pertama mengikuti Tabel berikut, dimana "CH2O" (rumusan umum untuk karbohidrat) menandai adanya bahan organik (Reaksi menunjukkan Tabel hasil bersih dari proses biokimia multi-step yang kompleks).

Donor elektron menghasilkan kebanyakan energi pada umumnya menentukan jenis utama pernapasan didalam lingkungan tertentu. Oleh karena itu, ketika oksigen hadir, pernapasan aerobik adalah bentuk pernapasan utama. Denitrifikasi adalah reaksi yang paling giat kedua didalam Tabel. Oleh karena itu, ketika oksigen dihabiskan, nitrat menjadi akseptor elektron yang lebih disukai, yang diikuti oleh mangan dan iron oksida, dan akhirnya sulfate (SO42-). Urutan reaksi redox ini sering diamati di lingkungan yang tidak berhubungan dengan atmospir, mencakup sedimen, tanah dibanjiri, dan sistem aquifer. Pada nitrifikasi (dua baris terakhir [dalam Tabel) jenis N bertindak sebagai donor elektron.

Nb: dari berbagai sumber.

Read More......

SIKLUS BIOGEOCHEMICAL

MUHAMMAD FAHRI**

Konsep siklus biogeochemical menyediakan kerangka dasar untuk merancang ini. Ini merupakan suatu konsep yang mengenali teori pengaruh energi berbagai proses kompleks yang menggerakkan, mengubah bentuk dan menyimpan bahan-kimia didalam geosphere, atmospir, hydrosphere, dan biosphere. Istilah siklus biogeochemical menyatakan interaksi di antara yang bahan-bahan organik tersebut (bio-) dan bahan-bahan inorganik (geo-) didunia, dan memusat perhatian pada ilmu kimia (bahan kimia-), dan pergerakan (siklus) dari unsur-unsur dan kandungan bahan-bahan kimia.

Dalam bentuk yang sangat sederhana, siklus biogeochemical menguraikan bergeraknya unsur-unsur tersebut melalui berbagai media dan perubahan kembali unsur-unsur tersebut kepada bentuk aslinya. Penerapan konsep siklus biogeochemical menyediakan suatu kerangka untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi keadaan dan sumber dari unsur-unsur kimia tersebut dalam suatu sistem pendekatan.

Pemisahan siklus biogeochemical dapat diketahui untuk masing-masing unsur kimia, seperti siklus nitrogen (N), fosfor (P), dan karbon (C). Melalui perubahan secara kimia, unsur-unsur berkombinasi untuk membentuk campuran, dan siklus biogeochemical dari tiap unsur harus pula mempertimbangkan hubungannya dengan siklus biogeochemical dari unsur-unsur yang lain.

Unsur-unsur dan campuran juga ada yang berupa gas, padat, dan bentuk cair dan dapat berubah-ubah dari bentuk yang satu ke bentu lain. Dalam mempelajari siklus biogeochemical, sangat penting untuk memahami suatu unit umum jumlah unsur masing-masing dalam semua tahapannya dan semua kandungan bahan kimiawinya. Ini mempertimbangkan penetapan suatu "sistem penghitungan" untuk masing-masing unsur dan untuk pertimbangan koservasi massa tersebut. Prinsip konservasi massa menganut asumsi bahwa unsur-unsur bukan diciptakan maupun dihancurkan oleh sistem tersebut. Asumsi ini mempertimbangkan pelaksanaan studi kesetimbangan massa. Studi kesetimbangan massa mengikuti semua tahap bentuk kimia dan fisik dari suatu unsur, penghitungan untuk penyimpanan, pengangkutan, dan perubahan bentuk unsur.

Unsur-unsur dan campuran disimpan pada reservoir utama yaitu atmospir, hydrosphere, geosphere, dan biosphere. Reservoir tersebut saling behubungan, misalnya keluaran dari satu reservoir dapat menjadi masukan pada reservoir yang lain. Bergeraknya unsur-unsur dan campuran didalam masing-masing reservoir dan antar reservoir disebut fluxes (perubahan terus menerus). Interaksi antara atmospir, permukaan perairan, air bawah tanah, tanah, tumbuhan, pohon, dan sedimen harus mempertimbangkan siklus biogeochemical. Air (H2O) adalah suatu medium penting untuk mengangkut dan merubah bahan-kimia dan siklus hydrologis adalah suatu faktor penting dalam siklus biogeochemical.

Lapisan dari Siklus Biogeochemical

Unsur-unsur kimia dapat ditemukan empat lapisan berbeda: atmospir, biosphere, geosphere, dan hydrosphere. Atmospir berisi sebagian besar gas dan aerosol dan mencakup luas dari permukaan bumi sampai ujung ruang angkasa. Geosphere sebagian besar meliputi tanah, sedimen, dan bebatuan yang tersusun dari bagian padat dari bumi. Hydrosphere sebagian besar meliputi semua cairan dan bentuk air beku dan mengalir di atas dan melalui geosphere itu sendiri. Biosphere terdiri dari dari semua organisme. Jelasnya, kenyataan yang ada jauh lebih kompleks dibanding dari ini, misalnya empat lapisan tersebut tidak sama satu sama lain secara eksklusif, tetapi tumpang-tindih satu sama lainnya. Sebagai contoh, permukaan tanah berisi udara dan pertukaran gas dengan atmospir, sehingga menyebabkan geosphere dan atmospir saling tumpang-tindih. Sedimen, tanah, dan aquifers mengandung air, sehingga geosphere dan hydrosphere saling tumpang-tindih. Debu dari geosphere an air dari hydrosphere terjadi pada atmospir. Organisme berada didalam badan air, tanah, aquifers, dan atmospir, sehingga biosphere tumpang-tindih dengan tiga lapisan lainnya.

Mayoritas kebanyakan unsur-unsur didalam geosphere berada dalam bentuk yang padat, didalam atmospir bentuknya berupa gas, dan didalam hydrosphere berbentuk cairan atau terlarut. Semua bentuk tiga bahan itu ditemukan di biosphere dalam jumlah yang signifikan. Reaksi kimia membuat siklus dari semua unsur-unsur terjadi dalam semua empat lapisan.

Ada empat unsur-unsur yang paling melimpah yang menyusun organisme yaitu karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan Ntrogen (N). Sebagian besar berasal dari atmospir (C,O,N) dan hydrosphere (H, O). Mineral bahan nutrien penting lain sebagian besar berasal dari geosphere. Sebab unsur dari lapisan lain diproses oleh biosphere, biosphere secara signifikan mempengaruhi komposisi kimia dan alami atmospir, hydrosphere, dan geosphere.

Gas yang paling melimpah didalam atmospir adalah Nitrogen (N2), Oksigen (O2), dan argon (Ar). Udara kering berisi 75.5% N2, 23.1% O2, dan 1.3% Ar secara massa (78.3%, 21.0%, dan 0.9% secara volume). Udara juga berisi uap air (0 sampai 4% secara volume), dan karbondioksida (CO2, ~ 365 bagian per sejuta secra volume).

Semua unsur-unsur dapat ditemukan pada geosphere dalam beberapa jumlah. Lapisan yang tipis di bumi itu disebut tanah dengan berat didiami oleh semua jenis mikroba, tumbuh-tumbuhan, dan fauna.

Danau, Sungai, dan samudra adalah komponen yang jelas nyata dan yang utama dari hydrosphere. Sejumlah cairan air yang besar juga ada didalam geosphere sebagai air tanah. Hydrosphere bertindak sebagai suatu bahan pelarut, suatu agen perusak phisik iklim, dan mekanisme pengangkutan untuk banyak mineral terlarut dan unsur-unsur berupa gas, seperti material partikel penting bagi kehidupan material dari tiga lapisan lainnya. Air juga bertindak sebagai medium untuk reaksi biokimia selular penting bagi berbagai fungsi kehidupan.

Unsur-unsur kimia ditransfer didalam dan diantara empat lapisan tersebut. Massa total unsur-unsur dalam semua lapisan dikonservasi. Perubahan secara kimia dapat merubah bentuk bahan kimia.

Nitrogen adalah satu contoh yang spesifik dari unsur-unsur kimia ini dan menjadi fokus pembahasan dalam uraian makalah ini.

Nb : dari berbagai sumber bacaan.

Read More......

NITROGEN (N2) : SEBUAH PENDAHULUAN

Nitrogen (N) adalah suatu unsur penting dalam semua perihal kehidupan. Jika keberadaan N tidak mencukupi di lingkungan, hal itu dapat membatasi pertumbuhan biologis dan produktivitas. Jika N berada dalam jumlah yang cukup maka akan dapat mendorong tingkat kesuburan (eutrophikasi akibat kelebihan jumlah bahan-bahan organik) dari permukaan perairan dan akumulasi dari sejumlah nitrat beracun (NO3-) pada tumbuh-tumbuhan didaratan.

Standard air minum yang dikosumsi untuk kandungan konsentrasi unsur nitrat (NO3-N) adalah 10 mg/L dan beberapa air permukaan dan air tanah. Seperti di Illinois USA telah melampui batas kosentrasi ini. Penetapan ukuran-ukuran dan standard N harus mempertimbangkan secara seksama dampak kelebihan N konsentrasi didaerah muara, seperti eutrophikasi muara dan perairan pantai. Sebab kelebihan N akan mengakibatkan eutrophikasi (kesuburan yang berlebihan) dan mengakibatkan keadaan hypoxia (kehabisan dari oksigen terlarut) didalam perairan pantai, ada kemungkinan bahwa pengangkutan kelebihan N dari daerah hulu dampak secara langsung pada didaerah hilir sebagai muara akhir dari pengangkutan N.

Dampak dari eutrophikasi perairan adalah kematian massal organisme perairan akibat kehabisan oksigen terlarut yang menjadi faktor pembatas kehidupan organisme perairan.

Read More......

Jumat, 05 Februari 2010

LAPISAN OZON BUMI


Perlindungan kapasitas dari fungsi atmosfer merupakan isu lingkungan yang sangat penting bagi Indonesia. Atmosfer mempunyai fungsi yang sangat vital sebagai sistem
pendukung kehidupan di bumi, baik adanya lapisan ozon pada ketinggian antara 25-40 km maupun konsentrasi gas-gas rumah kaca pada ketinggian antara 10-25 km. Lapisan ozon berfungsi melindungi bumi dari sinar ultra violet yang dipancarkan oleh matahari. Penipisan lapisan ozon disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia perusak lapisan ozon (ozone depliting substance - ODS).

Di Indonesia ODS yang terbanyak dikonsumsi adalah CFC (Chloro Fluoro Carbon) dan Indonesia termasuk dalam katagori negara Artikel 5 berdasarkan Protokol Montreal karena konsumsi CFC dan halon kurang dari 0,3 kg/kapita/tahun. Dengan demikian Indonesia berhak atas bantuan teknis dan bantuan dana untuk mengubah teknologi ODS ke teknologi non-ODS.

Dampak penipisan lapisan ozon antara lain adalah meningkatnya intensitas sinar ultra violet yang mencapai permukaan bumi yang mengganggu kesehatan, menyebabkan kanker kulit, katarak, dan penurunan daya tahan tubuh, dan bahkan terjadinya mutasi genetik.
Menipisnya lapisan ozon mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan, kerusakan rantai makanan di laut, musnahnya ekosistem terumbu karang dan sumber daya laut lainnya, menurunnya hasil produksi pertanian yang dapat mengganggu ketahanan pangan, dan bencana alam lainnya Upaya untuk melindungi lapisan ozon adalah menggantikan
ODS dengan alternatif lain yang bersifat tidak beracun, tidak merusak ozon dan ramah lingkungan seperti HCFC (Hydro Chloro Fluoro Carbon), HFC (Hydro Fluoro Carbon), atau gabungan keduanya.

Melalui bantuan dana hibah Multilateral Fund (yang diimplementasikan oleh UNDP, UNIDO dan Bank Dunia), Pemerintah Indonesia sampai saat ini telah memfasilitasi lebih dari 150 perusahaan industri pengguna ODS untuk mengganti teknologinya menjadi teknologi non-ODS, dan telah menurunkan konsumsi ODS sekitar 6.500 MT sejak dimulainya kegiatan ini tahun 1994. Total dana hibah yang telah disalurkan langsung kepada industri sampai bulan Maret 2002 tercatat senilai US $ 37.133.752. Total dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan penghapusan CFC pada tabel 3.11 diperkirakan sebesar US$ 25.3 juta.









UPAYA PENGENDALIAN

Dalam rangka mengatasi pencemaran udara dan atmosfer yang terjadi, berbagai upaya pengendalian telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat, yaitu:

1. Pemantauan Kualitas Udara Ambien
Program pemantauan di Indonesia telah dilakukan ditandai dengan pembangunan stasiun pemantau kualitas udara kontinu yaitu pembangunan 33 Stasiun Pemantau Kualitas Udara Permanen dan sembilan Stasiun Pemantau Kualitas Udara Bergerak yang dilakukan pada tahun 1999–2002.
Pembangunan ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Indonesia (Bapedal) dengan Pemerintah Austria di 10 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Pekanbaru, Medan, Palangkaraya, Denpasar, Jambi dan Pontianak. Peralatan pemantau kualitas udara di 10 kota ini mampu memantau lima paramater pencemar udara yaitu PM-10, CO, SO2, NO2, dan O3.

2. Program Langit Biru
Dalam upaya meningkatkan kualitas udara, sejak tahun 1992 telah dilaksanakan Program Langit Biru sebagai upaya untuk mengendalikan pencemaran udara baik yang berasal dari sumber bergerak maupun tidak bergerak yang bertujuan untuk memulihkan kualitas udara serta memenuhi baku mutu udara yang ditetapkan. Pada bulan Agustus 1996 Pemerintah mencanangkan Program Langit Biru sebagai program pengendalian pencemaran udara t tingkat nasional di Semarang. Dalam pelaksanaan Program Langit Biru, pengendalian pencemaran udara difokuskan kepada sumber pencemaran dari industri dan sarana transportasi kendaraan bermotor karena keduanya memberikan kontribusi terbesar dalam pencemaran udara. Tujuan Program Langit Biru adalah :

a. Terciptanya mekanisme kerja dalam pengendalian pencemaran udara yang berdaya guna dan berhasil guna;
b. Terkendalinya pencemaran udara;
c. Tercapainya kualitas udara ambien yang memenuhi standar kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya;
d. Terwujudnya perilaku manusia sadar lingkungan.

Pengendalian pencemaran udara dari sarana transportasi kendaraan bermotor meliputi:
a. Pengembangan perangkat peraturan
• Pentaatan peraturan perundangan, dimana kendaraan bermotor yang mengeluarkan emisi gas buang ke udara harus memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: KEP-13/MenLH/3/1995 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor;
• Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 1999 yang mengatur BBM (Bahan Bakar Minyak) bebas timah hitam serta solar berkadar belerang rendah sesuai standar internasional;
• Dikeluarkannya Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1585.K/32/1999 tentang Persyaratan Bahan Bakar Jenis Bensin dan Solar Dalam Negeri dengan ketentuan: BBM (Bahan Bakar Minyak) dalam negeri wajib memperhatikan perkembangan kinerja dan teknologi permesinan serta ramah lingkungan. Penyediaan bahan bakar ramah lingkungan
paling lambat 1 Januari 2003;
• Dikeluarkannya Surat Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bapedal kepada Menteri Pertambangan dan Energi No. B-189/BAPEDAL/02/2000 tanggal 4 Februari 2000 yang isinya agar pengadaan bahan bakar bensin bebas timbal segera sebelum tahun 2003 untuk wilayah DKI Jakarta dan penyesuaian harga BBM;
• Draft final Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Pedoman Pelaksanaannya. Kepmen tersebut menetapkan baku mutu kendaraan baru melalui 3 tahapan yaitu tahun: 2003-2005 (menggunakan bensin bertimbal); 2006-2008 (bensin tanpa timbal, EURO 1); dan 2009 keatas (EURO 2);
• Adanya kesepakatan ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terhadap dikembangkannya
mandatory disclosure for vehicle emissions.
b. Penggunaan bahan bakar bersih (cleaner fuels) • Bensin tanpa timbal akan diadakan secara bertahap (2003-2005) di Indonesia menjelang dioperasikannya kilang Balongan
dan Cilacap pada tahun 2005 yang dapat menyediakan bensin tanpa timbal untuk seluruh Indonesia. Pada masa transisi tersebut bensin tanpa timbal dihadirkan di Bali (Februari 2003), Batam (Juni 2003) dan daerah Pantai Utara Jawa (Agustus 2003);
• Pengadaan bahan bakar solar/diesel dengan kandungan sulfur rendah. Upaya akan dijajaki dengan DSDM-Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral/Pertamina.
c. Pengembangan bahan bakar alternatif
• Penyiapan sarana dan prasarana bagi penggunaan bahan bakar alternatif CNG
(Compressed Natural Gas) maupun LPG (Liquid Petroleum Gas) di seluruh Indonesia
khususnya di kota-kota besar antara lain 10.000 kendaraan angkutan umum/taksi
dan 500 bis. BBG (Bahan Bakar Gas) akan ditingkatkan penggunaannya pada kendaraan umum seperti bus kota;
• Energi alternatif lainnya adalah LPG. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan BBG seperti LNG (Liquid Natural Gas) dan LPG adalah mahalnya harga converter kit yaitu sekitar US$2000. Untuk itu perlu adanya kebijakan harga yang tepat untuk memacu penggunaan bahan bakar gas LNG dan LPG tersebut.
• Penggunaan energi alternatif yang berasal dari sumber energi nabati lainnya biofuel/biodiesel) dengan menggunakan minyak kelapa sawit /CPO (Crude Palm Oil).
d. Pengembangan manajemen transportasi
• Upaya pengelolaan model transportasi melalui pengelolaan lalu lintas di jalan,
pengalihan model transportasi ke jenis angkutan lain (misalnya kereta api),
peremajaan angkutan umum disesuaikan dengan kebijakan umum tata ruang kota
metropolitan. Hal ini untuk menekan kemacetan yang dapat meningkatkan emisi
kendaraan bermotor di daerah perkotaan.
e. Pengembangan teknologi
• Penggunaan catalytic converter yang dapat menyaring 90% emisi gas buang kendaraan
bermotor dengan syarat: bensin harus tanpa timbal;
• Pengembangan fasilitas pengukuran emisi kendaraan bermotor, baik untuk kendaraan
baru maupun kendaraan yang di jalan.
f. Pemantauan emisi gas buang kendaraan bermotor
• Sosialisasi baku mutu emisi kendaraan bermotor tipe baru;
• Pemantauan pelaksanaan uji emisi di daerah;

PARAMETER
Status Lingkungan Hidup Indonesia 2002
• Pengembangan pelaksanaan kegiatan uji emisi kendaraan di jalan oleh pemerintah
daerah;
• Penyelenggaraan lomba emisi.
g. Pemberdayaan peran masyarakat melalui komunikasi massa.
• Meningkatkan akses masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai upaya pengendalian emisi kendaraan bermotor melalui website, artikel dan media lainnya;
• Sosialisasi program kepada para pengambil keputusan (DPR, DPRD, sektor
dan pemerintah daerah);
• Pembuatan iklan layanan masyarakat.
4. Pengendalian pencemaran udara dari industri meliputi:
• Pentaatan peraturan perundang-undangan dimana industri yang mengeluarkan emisi gas
buang ke udara harus memenuhi Keputusan Menteri Negara LH No: KEP-13/MenLH/3/
1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Industri-industri tersebut berpotensi besar dalam pencemaran udara, industri dengan kapasitas produksi yang besar dan industri yang berlokasi di daerah sensitif seperti daerah pemukiman, sekolah dsb.
• Peningkatan peran industri untuk mentaati Baku Mutu Emisi melalui penandatanganan SUPER (Surat Pernyataan) dengan insentif dan disinsentif; Relokasi industri (pencemar udara) ke kawasankawasan industri atau zona industri;
• Pengkajian Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak sebagaimana Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 tahun 1995 diantaranya, PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), Semen, CEM (Continuous Emission Monitoring);
• Pengembangan Baku Mutu Emisi Industri lain meliputi industri minyak, pupuk elektronik, PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Disel);
• Pemenuhan aspek-aspek pendukung (baku mutu emisi beberapa jenis industri, peningkatan peran masyarakat, pemantauan, penyusunan dan penetapan pedoman-pedoman teknis)
5. Kebijakan Antisipasi Deposisi Asam Dalam rangka antisipasi dampak deposisi asam terutama pencemaran lintas batas, Kementerian Lingkungan Hidup berkoordinasi dengan instansi lain melakukan pemantauan status deposisi asam serta dampaknya. Untuk melaksanakan ini telah dibentuk jaringan pemantauan deposisi asam ditingkat nasional yang dikoordinasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dengan anggota Sarpedal KLH, Badan Meteorologi dan Geofisika, Pusat Penelitian Atmosfer LAPAN, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air; serta Pengembangan Tanah dan Agroklimat dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Air, Dep. Kimpraswil.

Dalam kaitannya dengan upaya regional menanggulangi masalah deposisi asam ini, Kementerian Lingkungan Hidup sebagai focal point ikut serta dalam kegiatan Jaringan
Pemantauan Deposisi Asam di wilayah Asia Timur (East Asia Network on Acid Deposition Monitoring-EANET) yang diprakarsai oleh Pemerintah Jepang melalui Acid Deposition
and Oxidant Research Center-ADORCH. EANET merupakan kerjasama 10 negara di wilayah Asia Timur, yaitu: Cina, Indonesia, Jepang, Malaysia, Mongolia, Filipina, Korea Selatan, Thailand, Rusia dan Vietnam.
6. Kebijakan Antisipasi Perubahan Iklim Secara umum respon yang dilakukan Indonesia berkaitan dengan masalah perubahan iklim terdiri dari dua hal. Pertama, menurunkan laju emisi gas rumah kaca dari berbagai sektor dan kedua melakukan adaptasi menghadapi perubahan iklim apabila terjadi. Respon tersebut dilaksanakan atas dasar sukarela dan dapat menunjang pembangunan berkelanjutan. Kementerian Lingkungan Hidup sebagai National Focal Point perubahan iklim telah melaksanakan berbagai persiapan dan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka menyusun kebijakan dan strategi nasional dalam mengantisipasi dampak negatif akibat adanya perubahan iklim, antara lain :
• Persiapan pembentukan Komisi Nasional Perubahan Iklim;
• Ikut aktif terlibat dalam menghadiri pertemuan tahunan para pihak COP (Conference of The Parties) sebagai konsekuensi dari keterlibatan Indonesia menjadi negara yang ikut meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim;
• Mempersiapkan bahan untuk Ratifikasi Protokol Kyoto.
7. Kebijakan Perlindungan Lapisan Ozon di Indonesia
Indonesia sesuai dengan Protokol Montreal dan Amandemen Copenhagen Konvensi Wina, yang sudah diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 23 tahun 1992, berkewajiban menghapus penggunaan bahan perusak ozon kelompok CFC secara bertahap sampai dengan 1 Januari 2010. Pemerintah Indonesia menetapkan jadwal penghapusan penggunaan ODS pada tahun 2007. Indonesia mempunyai kewajiban untuk:
• Mengembangkan program perlindungan lapisan ozon di tingkat nasional;
• Melaksanakan upaya penghapusan ODS secara bertahap sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi negara berkembang;
• Melaporkan tingkat pemakaian ODS di Indonesia;
• Tidak melaksanakan perdagangan ODS dengan negara-negara yang belum meratifikasi Konvensi dan Protokol Montreal.

NB. dari berbagai sumber

Read More......
Template by: Abdul Munir
Website: 99computercity