Muhammad Fahri, S.Pi *)
Mahasiswa Pasca Sarjana Biotek Perikanan UB Malang
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dekade terakhir ini telah terjadi pertumbuhan penduduk yang sangat pesat di dunia, dan hal tersebut menyebabkan eksploitasi air bawah tanah terus meningkat dengan pesat. Fenomena ini telah menyebabkan dampak negatif terhadap kuantitas maupun kualitas Air bawah tanah, antara lain penurunan muka Air bawah tanah, penurunan kualitas air bawah tanah, serta terjadinya intrusi air laut di beberapa wilayah.
Kawasan Sanur dan sekitarnya kini terancam intrusi air laut hingga 1,2 km dari lidah ombak atau gelombang air laut yang sampai di daratan, akibatnya pada kawasan tersebut kebutuhan air tawar makin berkurang. Normalnya, instruksi air laut terjadi pada radius 300 meter. Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, penggunaan air bawah tanah (ABT) kian tak mampu dikendalikan dengan makin minimnya pasokan air yang dikelola PDAM. “Bahkan PDAM pun ada yang mengunakan ABT untuk memenuhi pasokan (pdpersi 18 Oktober 2000).
Daerah Semarang bagian utara penyusupan air asin semakin meningkat sejak beberapa tahun terakhir, terutama pada daerah pemukiman pusat perkotaan, dan di beberpa wilayah industri di bagian utara, misalnya daerah sekitar Muara Kali Garang, Tanah Mas, Pengapon, Simpang Lima. Data penyusupan air asin tersebut diatas adalah berdasarkan hasil pemantauan dari beberapa sumur gali penduduk yang tersebar, maupun dari kualitas sumur bor di beberapa tempat. Didaerah Semarang penyusupan air asin ini diperkirakan sudah mencapai sejauh 2 km ke arah selatan garis pantai. Daerah Kendal penyusupan air asin, dideteksi di utara Kaliwungu, Murorejo, Kumpulrejo sampai sekitar Sukolilan. Sumur bor yang dikelola oleh PDAM Kendal yakni diKamp Pegandon air bawah tanahnya sudah dipengaruhi oleh penyusupan air asin, yang diperkirakan berasal dari aliran air sungai K. Bodri, akibat kurang sempurnanya sistem konstruksi sumurbor. Nilai (DHL) air sumur bor tersebut melebihi 2000 umhos/cm, dengan jarak lokasi sumur bor dari garis pantai kurang lebih 5 km (Sinar harapan 4 juni 2007)
Wuryanti, (2000) menyebutkan bahwa dari hasil uji pada 83 titik sampel air tanah yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan daerah Surabaya tahun 1996 menunjukkan bahwa luas kawasan intrusi air laut wilayahnya justru lebih besar dibanding kawasan yang belum terintrusi, sebagian besar barat laut, utara, timur dan barat daya kota Surabaya sudah mengalami intrusi air laut. Selain itu sebagian kawasan tengah dan selatan Surabaya kadar garamnya cukup tinggi juga. Hal ini kemungkinan disebabkan karena hasil sedimentasi (connate water) atau intrusi air. Luas wilayah yang kadar garamnya melampaui standar air minum adalah 22.814 Ha atau 78,54%, sedangkan luas wilayah yang airnya masih tawar seluas 6.235 Ha atau 21,46%. Data tersebut menunjukkan bahwa penataan ruang di kota Surabaya perlu diperhatikan mengingat perkembangan kota Surabaya semakin pesat.
Hasil penelitian Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan menyebutkan, intrusi air laut kini hampir merata di seluruh wilayah Jakarta. Wilayah dalam radius 10-15 kilometer di Ibu Kota pada umumnya telah dilanda intrusi air laut. Misalnya, air laut telah merasuk ke daerah Kebun Jeruk (Jakarta Barat) dan wilayah Segi Tiga Emas Setiabudi, Kebayoran Baru, Cengkareng, Senen (Jakarta Pusat) dan daerah Monas. Padahal, 20 tahun lalu luas daratan yang terkena intrusi air laut baru sekitar dua kilo meter dari garis pantai, khususnya di daerah Kota (kompas 8 Juli 2004)
Adanya intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air bawah tanah di daerah pantai, karena berakibat langsung pada mutu air bawah tanah. Air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum, karena adanya intrusi air laut, maka terjadi degradasi mutu, sehingga tidak layak lagi digunakan untuk air minum.
Dengan demikian perlu dilakukan upaya nyata dan terpadu untuk meminimalkan dampak negatif tersebut, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun swasta.
Kondisi Air tanah dan Intrusi Air Laut
Sebagian besar kondisi air tawar di beberapa daerah pantai di Indonesia telah tercemar oleh intrusi air laut. Intrusi ini tidak hanya tersebar di kawasan dekat pantai saja, tetapi sudah tersebar pula sampai jauh ke arah pedalaman. Intrusi air laut telah terdeteksi di daerah pantai Jakarta, Semarang, Denpasar, Medan dan daerah-daerah pantai lainnya, dimana telah terjadi pemanfaatan air bawah tanah secara berlebihan.
Air tanah terdiri atas air tanah tertekan dan air tanah yang tidak tertekan. Air tanah tertekan, adalah air tanah yang dibatasi oleh dua lapisan kedap air dan mempunyai tekanan naik ke atas, misalnya air sumur artesis dan air bron (spring) : Sumur artesis ada yang positif (airnya menyembur ke atas permukaan tanah) dan ada pula yang negatif (airnya dapat naik tetapi tidak sampai mencapai permukaan tanah) : Air tanah tak tertekan, adalah air tanah yang dekat permukaan tanah yang tidak mempunyai tekanan untuk naik, sehingga harus dipompa atau ditimba, misalnya sumur pompa dangkal, sumur pompa dalam dan sumur gali (Wuryanti, 2000)
Intrusi atau penyusupan air asin ke dalam akuifer di daratan pada dasarnya adalah proses masuknya air laut di bawah permukaan tanah melalui akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses terdesaknya air bawah tanah tawar oleh air asin/air laut di dalam akuifer pada daerah pantai (Hendrayana, 2002)
Penyebab terjadinya intrusi air laut
Kenaikan Permukaan Laut.
Menurut Dahuri dkk (2004), Perubahan permukaan air laut dapat terjadi secara alami oleh :
•Pengaruh eustatik (naik turunnya muka laut karena faktor mencairnya es dikutub) secara global yang berkaitan dengan perubahan glacial.
•Fenomena laut/iklim seperti El Nino Southern Ocillation (ENSO) yang menaikan muka laut di pesisir pasifik Amerika Latin secara bersamaan dengan menurunkan muka laut di Pasifik barat.
•Pembentukan cekungan geologis yang lebar dan dangkal.
Penurunan muka air bawah tanah atau bidang pisometrik di daerah pantai.
Pemanfaatan air bawah tanah yang terus meningkat menyebabkan penurunan muka air bawah tanah yang cukup signifikan. Hasil rekaman muka air bawah tanah pada sumur-sumur pantau di daerah pengambilan air bawah tanah secara intensif, seperti: Cekungan Jakarta, Bandung, Semarang, Pasuruan, Mojokerto menunjukkan kecenderungan muka air bawah tanahnya yang terus menurun (Sinar harapan 4 Juni 2007)
Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan di daerah pantai.
Daerah pantai adalah daratan yang berbatasan langsung dengan lautan. Pada umumnya air tanah pada daerah pantai terpengaruh oleh intrusi air laut. Proses intrusi makin panjang bila dilakukan pengambilan air tanah di daerah pantai dalam jumlah berlebihan. besarnya debit pemompaan berpengaruh secara signifikan terhadap panjang intrusi yang terjadi. Makin besar debit pemompaan yang dilakukan pada sumur menunjukkan peningkatan panjang intrusi yang akan terjadi (kompas 8 Juni 2004).
Masuknya air laut ke daratan melalui sungai, kanal, saluran, rawa, atau pun cekungan lainnya.
penebangan pohon bakau, penggalian karang laut untuk dijadikan bahan bangunan dan kerikil jalan. Pembuatan tambak udang dan ikan yang memberikan peluang besar masuknya air laut jauh ke daratan (Harian Aceh 2007)
Mekanisme Intrusi Air Laut
Hubungan antara air laut dengan air bawah tanah tawar pada akuifer pantai pada keadaan statis dapat diterangkan dengan hukum Ghyben - Herzberg. Dengan adanya perbedaan berat jenis antara air laut dengan air bawah tanah tawar, maka bidang batas (interface) tergantung pada keseimbangan keduanya (Hendrayana, 2002)
Pada gambar 1 terlihat bahwa pada kondisi statis tinggi permukaan air laut dan permukaan air bawah tanah dalam keadaan seimbang, sehingga tidak terjadi pergeseran bidang atas (interface), namun pada kondisi yang dinamis seperti terjadinya kenaikkan permukaan air laut atau penurunan muka air bawah tanah menyebabkan terjadinya perembesan air laut ke arah daratan sehingga terjadi peningkatan bidang atas air laut (salt water interface). Keadaan ini yang disebut dengan intrusi air laut. Atau dengan kata lain Intrusi air laut terjadi karena keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan air bawah tanah asin di daerah pantai terganggu, sehingga terjadi pergerakan air bawah tanah asin/air laut ke arah darat.
Proses intrusi air laut
Leboeuf, (2000) mengemukakan bahwa proses intrusi air laut terjadi melalui beberapa cara yaitu :
a)pergeseran batas air laut dan air tawar (interface) di daerah pantai. Pergesaran ini terjadi karena pengambilan air tanah berlebihan sehingga menurunkan muka air tanah.
b)pemompaan air tanah yang berlebihan di daratan. Akibat pemompaan yang berlebihan air yang tersedot bukan air tawar lagi tetapi air asin. Akibatnya air asin yang tersedot akan menyebar dan mencemari air tanah bebas di sekitar pemompaan. Adanya pori-pori tanah yang berlubang, menyebabkan air laut masuk ke daratan. Hal itu terjadi karena air tanah yang dipompa keluar terlalu besar dan ruang kosong atau pori-pori ini diisi oleh air laut. Dampaknya, air di daratan yang selama ini tawar menjadi payau
c)intrusi melalui muara sungai. Intrusi air laut pada air sungai menyebabkan air berkadar garam tinggi ini bergerak dan mengisi air tanah disekitarnya. Akibatnya air tanah di sekitar sungai berkadar garam tinggi juga.
Penentuan intrusi air laut pada akuifer pantai.
Menurut Hendrayana, (2002) Penyusupan air asin/air laut pada akuifer pantai, mengakibatkan perubahan komposisi kimiawi air bawah tanah. Perubahan ini dapat terjadi dengan cara :
1. Reaksi antara air laut dengan mineral-mineral yang terdapat dalam akuifer.
2. Reaksi sulfat dan penambahan karbon atau asam lemah yang lain.
3. Terjadi pelarutan dan pengendapan.
Perubahan total hanya terjadi pada item yang ketiga, yaitu terjadinya pelarutan dan pengendapan. ini akan diketahui, bahwa ion Cl dan Na lebih dominan pada air laut, sedang pada air bawah tanah tawar ion yang dominan adalah CO3 dan HCO3. Komposisi kimiawi air bawah tanah akan bertambah dengan kandungan ion Cl. Untuk mengetahui adanya penyusupan tersebut dapat ditentukan dengan analisis kimia yang disebut perbandingan klorida bikarbonat ("Chlorida Bicarbonate Ratio") ;
yaitu = Cl Satuan bjp
CO + HCO
Contoh kasus di California menunjukkan, bahwa : Harga perbandingan klorida bikarbonat ("Chlorida Bicarbonate Ratio")
= 1/2 adalah air bawah tanah tawar.
= 1,3 terjadi pengaruh air laut sedikit.
= 2,8 terjadi pengaruh air laut sedang.
= 6,6 terjadi pengaruh air laut agak tinggi.
= 15,5 terjadi pengaruh air laut tinggi.
= 200 adalah air laut.
Untuk salinitas air tanah akibat intrusi air laut, Todd (1959) mengklasifikasikan air tanah atas enam tingkat instrusi air asin yaitu :
1) Tanpa intrusi. Nisbah Cl/(CO3+HCO3) <>1500 - <> 5000 - <> 15000 - <> 50000 umhos/cm), dan Klorida air tawar (<> 500 - <> 2000 - 5000 mg/l), air asin (> 5000 – 19000 mg/l), brine (> 19000 mg/l).
Permasalahan, dan Pencegahan
Permasalahan
Permasalahan yang timbul dengan adanya intrusi air laut adalah :
• Rusaknya air tanah yang tawar dan berganti menjadi asin.
Penggunaan air tanah yang telah mengalami intrusi untuk dikonsumsi maupun kegiatan lain seperti mandi, dapat mengganggu kesehatan. Karena air ini telah mengandung NaCl (Natrium Chloride) yang tinggi dan dapat mengganggu metabolisme yang terjadi di dalam tubuh manusia. Penggunaan air payau untuk dikonsumsi dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit perut seperti diare. Sedangkan bila digunakan untuk mandi, dapat memicu munculnya penyakit kulit, seperti gatal-gatal. Untuk jangka panjang, bukan tidak mungkin orang yang mengkonsumsi air payau tersebut akan mengalami gangguan penyakit serius karena metabolismenya terganggu dan sensivitas tubuhnya untuk menerima air payau yang mengandung garam tersebut.
• Menurut Leboeuf, (2000) Intrusi air laut ke daratan akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah, yaitu
1] tekanan osmotik yang meningkat,
2] peningkatan potensi ionisasi,
3] infiltrasi tanah yang menjadi buruk,
4] kerusakan dan terganggunya struktur tanah,
5] permeabilitas tanah yang buruk,
6] penurunan konduktivitas.
• Peningkatan salinitas tanah di daerah – daerah yang semula tidak terpengaruh.
• Kemunduran ke arah darat batas antara perairan tawar dan payau
• Perubahan fisik batas perairan darat
• Perubahan vegetasi yang tumbuh
• Perubahan profil dasar pantai.
Menurut Dahuri dkk (2004) Perubahan profil dasar pantai akan mengubah regim arus dan gelombang sehingga pola erosi dan pengendapan serta distribusi tipe substrat subtidal juga berubah. Perubahan substrat akan mengubah pola distribusi organism bentos, sedangkan perubahan arus pesisir akan mengubah pola rekruitmen populasi organism bentos dan demersal.
• Pada sungai-sungai yang telah terjadi intrusi, dapat menyebabkan hilangnya jenis-jenis biota tertentu, karena mengalami kematian atau bermigrasi ke daerah hulu karna tidak mampu beradaptasi dengan perubahan kadar garam yang tinggi,
Pencegahan Intrusi
• Melindungi pantai dengan vegetasi mangrove. Kawasan Pantai memiliki fungsi Sebagai sistem penyangga kehidupan. Sebagai daerah pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut, keberadaan vegetasi di wilayah Pantai akan menjaga ketersediaan cadangan air permukaan yang mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah daratan. Kerapatan jenis vegetasi di sepanjang pantai dapat mengontrol pergerakan material pasir akibat pergerakan arus setiap musimnya. daun mangrove mampu menyerap unsur Na, Cl dan Mg melalui sistem perakarannya yaitu: akar nafas, akar lutut atau akar banir dan akar tunjang, sehingga mekanisme tersebut akan dapat mencegah intrusi (perembesan) air laut masuk ke lapisan tanah di daratan (Dahuri dkk, 2004)
• Meningkatkan kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan air tanah dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. Tanaman yang mempunyai daya evapotrnspirasi yang rendah antara lain: cemara laut (Casuarina equisetifolia), Ficuselastica, karet (Heveabra siliensis), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia speciosa), Fragraea fragrans dan kelapa(Cocosnucifera) (WALHI Bengkulu 15 Agustus 2007)
Pengendalian intrusi air laut pada akuifer pantai
Menurut Hendrayana (2002), Pengendalian intrusi air laut pada akuifer pantai dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
1. mengurangi pemompaan di daerah pantai.
Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan akan menggangu kesetimbangan, sehingga muka air bawah tanah atau bidang pisometrik akan turun dan dengan mudah air laut mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh air bawah tanah tawar, maka dapat terjadi penyusupan tersebut.
2. Membuat pengisian air bawah tanah secara buatan.
Pengisian air bawah tanah secara buatan dilakukan dengan cara memasukkan kembali air yang ada di permukaan ke dalam akuifer dengan melalui beberapa metoda, antara lain dengan cara :
• Spreading
• Sumur pengisian atau sumur injeksi
Cara Spreading adalah cara pengisian air bawah tanah secara buatan yang dilakukan dengan cara menyebarkan kelebihan air permukaan melalui parit-parit yang dibuat di daerah pantai, sehingga melalui parit tersebut terjadi penambahan air bawah tanah.
Cara sumur injeksi adalah cara pengisian air bawah tanah secara buatan dengan membuat sumur dalam yang menembus akuifer dan menginjeksi atau memasukkan air permukaan ke dalam akuifer tersebut.
3. Memompa air laut yang terletak pada akuifer pantai.
Dilakukan dengan cara pemboran di daerah pantai dan pada akuifer yang berisi air asin dikonstruksi/dipasang pipa saringan seperti halnya konstruksi sumur produksi biasa. Bedanya, pada kasus ini yang dipompa adalah air asin, dan dengan keluarnya air asin, maka air bawah tanah tawar akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh air asin, akibatnya bidang batas antara air asin dan air bawah tanah tawar pada akuifer tersebut bergeser ke arah laut.
4. Membuat Penghalang di bawah tanah di daerah pantai.
Penghalang yang dibuat dengan tujuan untuk menjaga tekanan pematang air bawah tanah yang dekat atau sejajar dengan pantai, tetap berada di atas muka laut, sehingga tidak terjadi pendesakan air bawah tanah tawar oleh air asin. Penghalang ini dapat dibuat dengan :
• Menyebarkan air tawar di permukaan dan air tersebut akan meresap ke dalam tanah, sehingga di bawah tempat penyebaran air tawar tersebut akan menjadi tinggi seolah-olah seperti penghalang.
• Menginjeksi air tawar ke dalam akuifer di tepi pantai.
5. Pengendalian penggunaan air tanah dengan melaksanakan penghematan atau membatasi penggunaan airtanah.
6. Pemantauan terhadap penggunaan air tanah harus dilakukan oleh semua pihak yang terkait baik masyarkat, dunia usaha dan pemerintah, sehingga semuanya menyadari pentingnya fungsi, peran dan keberadaan air tanah.
7. Penetapan zona konservasi air tanah dengan membagi wilayah-wilayah yang boleh, boleh tetapi dengan perlakuan khusus, dan tidak boleh dimanfaatkan air tanahnya, merupakan suatu langkah yang sangat tepat, Tetapi dalam pelaksanaannya perlu dibarengi dengan disiplin, sanksi dan peraturan yang mengikat semua pihak dan aspek kehidupan.
8. Pengalihan fungsi lahan terbuka hijau atau lahan-lahan yang berfungsi sebagai daerah resapan air hendaknya tidak terjadi lagi, karena selain dapat menghambat proses peresapan air ke dalam tanah, juga dapat meningkatkan penguapan air dan memperbesar air larian.
9. Penyuluhan akan pentingnya arti dan peran keberadaan airtanah sebagai bagian dari siklus hidrologi, sehingga penggunaannya harus dihemat, efektif dan efisien dapat dilakukan meialui lembaga-lembaga social masyarakat, sekolah, Ulama, dan pertemuan-pertemuan yang sifatnya informal yang dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat.
KAJIAN INTRUSI AIR LAUT
Intrusi air laut telah terdeteksi di daerah pantai Jakarta, Semarang, Surabaya, Bali, Medan dan daerah-daerah pantai lainnya, penyebab intrusi ini sebagian besar disebabkan oleh pemanfaatan air tanah yang berlebihan di daerah-daerah pantai sehingga terjadi penurunan muka air bawah tanah tawar dan perembesan atau menyusupnya air bawah tanah laut ke arah daratan. Sementara Intrusi air laut yang disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut akibat fenomena alam seperti pengaruh eustatik, pembentukan cekungan geologis yang lebar dan dangkal dan El Nino Southern Ocillation (ENSO) masih belum memberikan dampak yang serius di Indonesia dibanding dengan intrusi laut karena pemanfaatan air bawah tanah yang berlebihan.
Perbedaan tingkat intrusi di masing - masing daerah di Indonesia kemungkinan disebabkan oleh tingkat pemanfaatan air tanah yang berbeda-beda untuk tiap daerah, kepadatan penduduk, tidak adanya daerah resapan air, dan rusaknya vegetasi di daerah pantai khususnya vegetasi mangrove yang dapat menahan laju intrusi air laut.
Air tanah dangkal yang terintrusi air asin umumnya terdapat di wilayah - wilayah dengan kondisi lingkungan yang : (1) curah hujan yang kering, (2) sifat fisik tanah dan batuan yang lambat menyerap / meluluskan air, (3) letaknya dekat dengan pantai, (4) muka air tanah berada di bawah laut, (5) luas lahan yang pembangunannya tinggi, (6) penduduk nya padat.
Instrusi/penyusupan air asin menyebabkan kualitas air tanah menjadi terkontaminasi sehingga berubah dari tawar menjadi payau sampai asin. Untuk itu perlu segera diantisipasi terjadinya perluasan wilayah sebaran intrusi air asin, antara lain dengan mengetahui kondisi lingkungan wilayah sebaran intrusi air asin tersebut baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
Intrusi air laut juga diperburuk dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang membiarkan menjamurnya bangunan-bangunan tinggi di kota-kota besar, sehingga ruang terbuka hijau yang diharapkan dapat menampung air hujan menjadi air bawah tanah semakin minim. Tidak ada pemulihan air tanah karena banyaknya bangunan menutup permukaan tanah. Sehingga air hujan yang harusnya menyimpan air menjadi tumpah semuanya ke sungai dan bermuara ke laut. Di samping itu, intrusi air laut terjadi karena eksploitasi air tanah yang berlebihan.
Perembesan air laut ke daratan masih dianggap sebelah mata oleh masyarakat maupun pemerintah. Padahal, walaupun dampaknya tidak dirasakan secara langsung seperti pencemaran udara dan suara, untuk jangka panjang, rembesan air laut ke daratan akan menimbulkan kerugian yang sangat besar, baik dari segi lingkungan, kesehatan, bahkan ekonomi. Walaupun dampak intrusi akan muncul secara berkala dan untuk jangka waktu yang lama, jika didiamkan saja, tanpa ada upaya mencegahnya, tentu saja akan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat.
Untuk mengatasi intrusi air laut ini harus ada perhatian yang serius dari masyarakat, pengusaha dan dari pemerintah. Masyarakat harus mengerti arti kesehatan. Artinya, timbul kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah tidak membuang sampah ke sungai-sungai. Dengan menumpuknya sampah di sungai-sungai, maka akan menimbulkan endapan-endapan lumpur. Dan lumpur-lumpur tersebut akan terbawa ke laut tanpa bisa masuk ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan intrusi. Untuk pengusaha, adanya kesadaran lingkungan, terutama untuk hotel-hotel yang mengkonsumsi air yang cukup banyak. Banyak pengusaha hotel menggunakan sumur artesis untuk memenuhi kebutuhan airnya di hotel-hotel, padahal penggunaan sumur tersebut dapat membuat tanah di dalamnya menjadi bolong. Ini, tentu mengakibatkan perembesan air laut. Untuk pemerintah daerah,dengan melihat berbagai masalah yang ditimbulkan oleh intrusi air laut, maka sudah selayaknya membuat peraturan yang ketat tentang penggunaan air tanah, dan juga memberlakukan sangksi yang berat terhadap pelanggaran penggunaan air tanah, sehingga dapat mengatasi intrusi air laut yang berkepanjangan.
Kesimpulan
•Intrusi atau penyusupan air asin ke dalam akuifer di daratan pada dasarnya adalah proses masuknya air laut di bawah permukaan tanah melalui akuifer di daratan atau daerah pantai.
•Intrusi air laut di sebagian besar wilayah pantai di Indonesia disebabkan oleh penurunan muka air bawah tanah karena pemanfaatan air bawah tanah yang berlebihan.
•Intrusi air laut menyebabkan penurunan kualitas air tanah, mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah, kemunduran kearah darat batas antara perairan tawar dan payau dan perubahan profil dasar pantai.
Saran
Dengan meningkatnya permasalahan air bawah tanah di Indonesia yang semakin komplek, khususnya mulai terjadinya intrusi air asin ke daerah pantai, sudah selayaknya dilakukan usaha-usaha pengendalian dan pengawasan terhadap kelestarian lingkungan berupa program penyelamatan yang mendesak yaitu :
1.Mengurangi pemompaan air bawah tanah di daerah-daerah tertentu misalnya daerah pantai.
2.Memperketat pemberian izin pembuatan sumur bor.
3.Meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan pembuatan sumur bor.
4.Menambah cadangan air bawah tanah dengan pengisian buatan ("artificial recharge").
5.Membuat sumur bor pantau di tempat-tempat tertentu yang dilengkapi dengan pencatat muka air bawah tanah ("water level recorder").
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R., ruis, ginting dan Sitepu (2004). Pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara terpadu. Pradnya paramita. Jakarta.
Hendrayana, H. 2002. Intrusi air asin ke dalam akuifer di daratan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Leboeuf (2004). Sea water Intrusion and associated in a small coastal complex aquifer. University of Almeria, E.04120 almeria, Spain.
Wuryanti, (2000). Indikasi kenaikan muka air laut pada kota pantai di kotamadya Surabaya. Prosiding. Studi dampak timbale balik antara pembangunan kota dan perumahan di Indonesia dan lingkungan global.
http://www. Sinar harapan.co.id/index .html ( Intrusi air laut )
http://www.ecy.wa.gov/climatchage/images/intrusion. (Saltwater intrusion)
http://www. Island country.net/aquifer.htm (Rising sea level)
http://www.solint.com/prod/3001/3001 d2.html (Pump/recharge rate effects salt water intrusion ground water management, monitoring and conservation keep intrusion under control)
http://www.cybertokoh.com/ (Intrusi air laut ancam sanur)
www.lenntech.com/seawater intrusion.htm (Seawater intrusion in ground water)
http://jurnal Brawijaya.ac.id (Intrusi air laut akibat pemompaan air tanah di daerah pantai)
http://www.pdpersi.co.id (Air payau akibat intrusi air laut)
http://blog.harian aceh.com (waspadai abrasi dan intrusi air laut)
0 komentar:
Posting Komentar