BY. FAHRI MAREWO 12
I. PENDAHULUAN
Penentuan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk berbagai kegiatan seperti tambak, budidaya laut, industri, dan lain-lain selain didasarkan pada kepentingan Pemerintah, juga mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sebagai pengguna sumberdaya. Oleh karena itu potensi sumberdaya perikanan ini perlu dilakukan pengelolaan secara terpadu dan berkelanjutan dengan sebuah kegiatan pemetaan wilayah pesisir dan laut sebagai langkah awalnya.
II. TUJUAN PEMETAAN
Tujuan pemetaan wilayah pesisir dan laut untuk pengembangan dan pengelolaan sumberdaya perikanan berdasarkan kapasitas dan daya dukung sumberdaya alam. Sebagai landasan pengaturan manajemen pengelolaan sumberdaya
perikanan. Tujuan khusus hasil pemetaan tersebut dapat :
a) Menyediakan data dan informasi menyangkut penggunaan lahan di wilayah pesisir dan laut yang ada pada saat ini, meliputi komoditas, teknologi, potensi pengembangan yang tersedia, serta keberadaan sarana dan prasarana pendukung.
b) Memantapkan sistem data base untuk pengelolaan kawasan pesisir dan laut bagi keperluan pemerintah daerah dan pusat serta investor swasta.
c) Memantapkan batas kawasan pesisir dan laut berdasarkan ekosistem untuk berbagai tipe seperti ekosistem tambak, ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosistem padang lamun.
d) Gambaran tingkat teknologi yang tepat guna dan sesuai bagi pilihan jenis spesies/komoditi serta komoditi wilayah.
e) Menyusun konsep penataan ruang kawasan pesisir untuk pengembangan pertambakan dan penangkapan ikan.
f) Menyusun konsep pengembangan kawasan sentra produksi perikanan yang diunggulkan dalam upaya pemerataan pembangunan perikanan dalam arti luas sebagai kegiatan usaha untuk peningkatan nilai tambah produk primer yang dihasilkan
III. KONDISI DAN POTENSI WILAYAH PESISIR (PERIKANAN TAMBAK)
3.1. Kondisi Eksternal Tambak
(a). Kualitas Air Sungai
Berdasarkan kondisi kesuburan perairan sungai dibagi menjadi beberapa kategori: Subur; Sedang; Kurang; dan Tidak subur. Secara umum rendahnya kesuburan dipicu oleh rendahnya nitrat (NOs) dan Pospat (P04) dibawah Nilai Standard kisaran nilai oligotrofik, dimana pembagian nilai kesuburan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Oligotrofik < 1,0 ppm
b) Mesotrofik 1,0-1,5 ppm
c) Eutrofik > 2 ppm
Berdasarkan status pencemaran perairan sungai di wilayah pesisir, dibagi dalam 4 kategori : Ringan; Sedang; Berat; dan Sangat Berat. Beratnya pencemaran perairan ini ditentukan oleh tingginya bahan pencemar yang berada diatas Nilai Standard Baku Mutu. Beberapa nilai standart yang masih dapat ditoleransi oleh organisme budidaya adalah sebagai berikut: N02c 0,1; H2S c 0,25; Fenol < 0,2; Pb < 0,02; Cd < 0,01; Cu < 0,02.
(b) Vegetasi Mangrove
Vegetasi mangrove merupakan salah satu unsur kawasan lindung mempunyai peranan yang cukup penting pada kawasan pertambakan. Karena hutan mangrove disamping berfungsi sebagai daerah penyangga (filter terhadap mikroorganisme penyebab penyakit pada udang atau ikan yang dibawa oleh melalui air, perangkap sedimen dan penyerap bahan pencemar), juga merupakan daerah asuhan {nursery ground) bagi anak ikan dan udang. Tanah dominasi karang berpasir yang ditumbuhi mangrove ini merupakan keistimewaan tetapi sekaligus juga merupakan kekurangan, karena pada tanah semacam ini sangat sulit dilakukan reboisasi. Oleh karena itu kondisi mangrove disebagian besar wilayah pesisir harus dijaga atau dilindungi dari penebangan liar, karena sulit ditanam kembali.
3.2. Kondisi Internal Tambak
Jenis tambak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tambak asin dan tambak payau. Tambak asin seluruh aimya berasal dari laut, tambak payau aimya berasal sebagian dari sungai dan sebagian dari laut. Kondisi fisik internal tambak yang perlu dilihat meliputi:
(a). Kondisi Fisik dan Kimia tanah tambak
Adapun gambaran nilai fisik dan kimia tanah tambak di wilayah pesisir adalah sebagai berikut:
• Tekstur tanah
Semakin tinggi persentase liat, maka porositas tanah semakin kecil dan konduktifitas hidrauliknya semakin kecil pula. Ini berarti bahwa tanah berliat dapat menahan hara dan air serta kemantapan agregatnya tinggi.
• Kimia Tanah
Keberadaan bahan organik dalam tanah merupakan faktor yang sangat menentukan di dalam pengelolaan mintakat tropika, karena bahan organik dapat mempengaruhi upaya perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Dari segi fisik tanah, adanya bahan organik ini dapat memperbaiki tata partikel tanah sehingga daya jerap (mengikat) terhadap hara, air dan udara menjadi lebih baik. Bila ditinjau dari segi kimia tanah, bahan organik merupakan pemasok unsur karbon yang merupakan unsur pokok dalam proses pelapukan, sehingga hara dalam tanah lebih tersedia. Analisis kimia tanah secara lengkap dilakukan terhadap beberapa variable yang sangat menentukan tingkat kesuburan tanah, sehingga mampu menghasilkan sebuah kesimpulan klasifikasi kesuburan wilayah studi.
Adapun variabel analisis kimia tanah lengkap tersebut adalah sebagai berikut: Kapasitas tukar kation (KTK), Nitrogen (Ntotal), P tersedia (PBray, P-Olsen), K-dapat ditukar (Kdd), Na dapat ditukar (Na dd), Ca dapat ditukar (Ca dd), Mg dapat ditukar (Mg dd), Bahan Organik C-Organik), pH (H20 dan KC1), Tekstur (Hidrometer).
Berdasarkan kondisi kesuburan tambak di wilayah pesisir dapat digolongkan menjadi: Subur; Sedang dan Tidak Subur. Diskripsi hasil analisis dapat diterangkan bahwa:
• Kejenuhan Basa (KB) adalah kemampuan tanah mengikat unsur-unsur kesuburan dalam kondisi basa, sehingga tanah ini tidak mudah tercuci. Sehingga semakin tinggi Kejenuhan Basa (KB) maka tanah tersebut tergolong semakin subur.
• C/N rasio : banyaknya kandungan bahan di tanah yang siap diurai untuk meningkatkan kesuburan tanah. Tetapi pada kasus tanali tambak Loh Gung C organik tinggi, sementara KB lebih rendah, dan pH cenderung lebih asam, maka tanali semacam ini: Akumilasi Bahan Organik tinggi, tetapi ada kecurigaan keracunan terhadap Fe dan Mn (dalam kondisi Anaerob). Pada kondisi seperti ini
bahan organik tanah tidak diolah, karena mungkin hanya sedikit mikroorganisme yang mampu beradaptasi, sehingga hanya sedikit pula mikroorganisme yang membantu mengurai bahan organik tersebut.
• Berdasarkan pengamatan di lapang tanah yang mempunyai wama hitam dan berbau busuk, karena dalam sistem budidaya yang dilakukan tidak pemah dikeringkan. Tanah ini nilai potensial redoksnya minus 100 sampai minus 300. • Rendalinya nilai Na, K, Ca, Mg pada tanah menunjukkan bahwa kandungan garam tidak bisa diikat oleh tanali dalam kondisi basa, sehingga kandungan Na, K, Ca, Mg rendah. Tanah jenis ini dikenal sebagai tanah Litik, yang kondisi lapisan tanahnya dangkal dan kemampuan untuk menyimpan basa rendali.
Tanah semacam ini rawan/tidak subur dan sulit direklamasi.
(b) Kondisi Fisik dan Kimia Air Tambak
Keberadaan nilai suhu, relatif hampir sama, sedangkan kecerahan perairan menentukan tingkat kesuburan. Pada wilayah perairan tambak, kecerahan yang mendukung kesuburan berada pada nilai 20 - 40 cm. Dilihat dari nilai DO, relative mempunyai nilai kesuburan yang tinggi. Jarak tambak terhadap pantai mempunyai pengaruh terhadap salinitas perairan. Tetapi, jauhnya jarak tidak menentukan rendahnya salinitas. Temyata rendahnya salinitas ditentukan adanya sumber-sumber air tawar, dan salinitas tertinggi di lokasi lahan tambak.
Rendahnya kesuburan dipicu oleh rendahnya nitrat (NOs) dan pospat (P04) di perairan dibawah Nilai Standard kisaran oligotrofik. Berdasarkan pencemaran perairan tambak, dibagi dalam kategori: Ringan; Sedang; Berat; Sangat Berat.Kondisi pencemaran perairan tambak tergolong berat dan satu lokasi sangat berat (Paciran). Kondisi dan potensi kesuburan tambak ditentukan oleh tiga variabel utama yaitu : Kesuburan tanah, Kesuburan perairan, Pencemaran perairan. Oleh karena itu dari hasil analisis ketiga variabel diatas dikuantifikasi skoring dengan pembebanan nilai yang logis, maka dapat disimpulkan nilai kelas tambak menjadi 4 kategori kelas yaitu: kelas 1; 2; 3; 4. Kelas 1 terbaik dan kelas 4 terjelek. Secara keseluruhan kelompok wilayah yang mewakili lokasi tambak air payau, yang semuanya berada pada kelas 3 keculi wilayah yang termasuk kelas 2.
III. KONDISI DAN POTENSI PERIKANAN LAUT
3.1. Jenis Alat Tangkap dan tipe Perahu
Berdasarkan hasil survei diketahui jenis alat tangkap yang dioperasikan di yaitu purse seine, payang, gillnet, tramel net, pancing prawe dan lainnya. Alat tangkap yang dominan adalah alat tangkap payang karena pengoperasiannya sesual dengan kondisi di perairan laut utara Jawa, namun jika dilihat dari nilai produktivitas yang tertinggi adalah alat tangkap purse seine. Namun alat tangkap yang mengalami peningkatan cukup tajam yaitu alat tangkap payang.
Tipe ukuran kapal di wilayah Kecamatan Brondang dan Paciran rata-rata memiliki kesamaan dan alat tangkap yang digunakan juga mempunyai kesamaan. Tipe kapal yang ada rata-rata adalah tipe perahu ijo-ijo dengan bentuk dasar U. Selain perahu ijo-ijo, tipe yang lain adalah tipe purse seine. Disamping perahu ada juga sebagian kecil yang sudah menggunakan kapal motor dengan tipe skoci.
3.2. Fishing Ground (Daerah Penangkapan)
Pada dasamya sumberdaya perikanan kususnnya perikanan tangkap bersifat common property dan open acces, sehingga nelayan dapat menangkap di daerah manapun. Namun setelah adanya otonomi daerah, maka daerah penangkapan semakin sempit. Nelayan antar daerah saling tidak memperbolehkan melakukan operasi penangkapan di wilayah 4 mil pada masing-masing daerahnya. Adanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi diantara kedua kelompok nelayan tersebut seringkali memicu terjadinya konflik sosial. Padahal model pengkaflingan laut seperti hal diatas, bukan sebuah pilihan ideal sebagai altematif penterjemahan dan aturan yang ada pada Undang-Undang Otonomi Daerah
Secara umum nelayan berpendapat bahwa mereka berhak menangkap kemana saja dan memberikan kebebasan pada nelayan lainnya yang menangkap di daerahnya selama mereka mentaati peraturan yang ada termasuk di dalamnya alat yang digunakan haruslah sama karena bagi nelayan, laut adalah milik bersama. Pada kenyataannya daerah operasi penangkapan nelayan hanya berkisar pada wilayah kurang dari 4 mil, kecuali beberapa alat tangkap seperti purse seine, payang dan pancing prawe.
3.3. Terumbu karang dan Padang Lamun
Vegetasi Mangrove
Vegetasi mangrove yang merupakan salah satu unsur kawasan lindung mempunyai peranan yang cukup penting pada kawasan pertambakan. Karena hutan mangrove disamping berfungsi sebagai daerah penyangga (filter terhadap mikroorganisme penyebab penyakit pada udang atau ikan yang dibawa oleh melalui air, perangkap sedimen dan penyerap bahan pencemar), juga merupakan daerah asuhan {nursery ground) bagi anak ikan dan udang.
Hutan mangrove banyak tumbuh di pantai, terutama pada tebing kiri kanan sungai dan sepanjang pantai. Hasil pengamatan terhadap hutan mangrove menunjukkan adanya perubahan yang sangat memprihatinkan karena adanya penebangan hutan mangrove untuk pembukaan lahan tambak baru di kawasan hutan mangrove. Upaya reboisasi juga belum diikuti oleh masyarakat secara mandiri untuk menjaga kelestarian mangrove.
Terumbu karang
Ekosistem terumbu karang mempunyai manfaat yang bermacam-macam, disamping menunjang produksi perikanan, Secara alami keberadaan terumbu karang dapat melindungi pantai dari baliaya abrasi. Demikian pula break water alami ini juga berfungsi untuk melindungi back reef dari gelombang besar. Produktifitas perikanan di ekosistem terumbu karang atau di perairan terumbu karang sangat tinggi, sehingga memungkinkan perairan ini merupakan tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground), mencari makan (feeding ground) dari kebanyakan ikan.
Penanaman terumbu karang buatan tidak menunjukkan pertumbuhan, dalam tiga tahun terakhir yang tumbuh hanya tritip dan lumut. Oleh karenanya terumbu karang yang ada hams benar-benar dilindungi keberadaanya.
Padang Lamun
Lamun (seagras) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup di bawah permukaan air laut. Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir, sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Sama halnya dengan rerumputan di daratan, lamun juga membentuk padang yang luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dengan tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya. Padang lamun sering terdapat di perairan laut antara hutan mangrove dan terumbu karang. Hasil pengamatan lmenunjukkan keadaan lamun masih cukup baik dan berada di depan sekitar terumbu karang tersebut.
3.4. Musim Penangkapan dan Jenis Hasil Tangkapan
Kemunculan ikan diperairan diharapkan dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi saat yang pasti mengenai kemunculan tersebut masih belum diketahui dengan tepat. Apabila dikaitkan hubungan antara musim penangkapan dengan daerah Fishing Ground, maka hal ini belum dapat diketahui dengan pasti. Namun adanya suatu kemungkinan yaitu ada pola migrasi ikan di sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan karakteristik hidroklimatologi sangat dipengaruhi oleh adanya dua angin musim, yaitu angin musim barat dan angin musim timur, dimana kedua angin musim tersebut menyebabkan timbulnya perubahan yang sangat nyata pada pola arah dan kecepatan arus, salinitas serta produktivitas primer dari perairan Laut.
3.5. Status Pemanfaatan Perikanan Laut
Berdasarkan data produksi dan trip alat tangkap yang dianalisa menggunakan pendekatan model Schaefer dan Fox, hasil perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Analisa model Schaefer
- Jumlah effort optimum yang mempertahankan stok ikan pada kondisi keseimbangan (MSY : Maximum Sustainable Yield) adalah 17.452 trip/tahun atau setara dengan 727 unit/tahun standarisasi alat tangkap purse seine.
- Jumlah hasil tangkap maksimum yang mempertahankan stok biomas pada kondisi keseimbangan adalah 38.590 ton/tahun dengan hasil tangkap per unit usaha (CPUE : Catch per Unit E f f o r t } adalah 2,211 ton/unit/tahun.
- Berdasarkan pendekatan model Schaefer, maka dapat dikatakan bahwa stok biomass perairan utara mengalami over fishing pada tahun 2002.
2. Analisa model Fox
- Jumlah effort optimum yang mempertahankan stok ikan pada kondisi keseimbangan (MSY) adalah 21.048 trip/tahun atau 887 unit/ tahun standarisasi alat tangkap purse seine.
- Jumlah hasil tangkap maksimum yang mempertahankan stok biomass pada kondisi keseimbangan adalah 39.152 ton/tahun dengan hasil tangkap per unit usaha (CPUE) adalah 1,860 ton/unit/tahun.
- Berdasarkan pendekatan model Fox, maka dapat dikatakan baliwa stok total biomas perairan utara Kabupaten Lamongan berada di titik kritis pada kondisi keseimbangan.
Berdasarkan kedua analisa tersebut di atas, maka diketahui bahwa pendekatan Schaefer dan Fox memberikan hasil yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan kondisi perairan yang over fishing maka apabila ada penambahan alat tangkap (effort) lebih lanjut dalam jangka panjang akan mengakibatkan tidak hanya over fishing, tetapi bahkan menyebabkan hilangnya potensi sumberdaya ikan. Sehingga paling tidak jumlali alat tangkap atau effort harus dipertahankan seperti sekarang atau bahkan diturunkan untuk sementara waktu agar stok biomass mampu melakukan pemulihan (recovery).
3.6. Sosial Ekonomi masyarakat Nelayan
Jumlah rumah tangga perikanan tangkap yang tersebar memiliki Tingkat pendidikan nelayan pada masing masing daerah umumnya tergolong cukup yaitu: SD sampai SMU. Kemudian dilihat pengalaman pekerjaan sebagai nelayan mulai dari 10 sampai kurang lebih 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan pekerjaan sebagai nelayan dalam usaha perikanan tangkap temyata sangat tinggi. Perkembangan jumlah nelayan dari tahun 1996 – 2002 menunjukkan jumlah semakin meningkat. Hal ini juga menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai nelayan menjadi prioritas utama.
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk matrik kegiatan usulan tindak lanjut sebagai berikut :
PROGRAM KEGIATAN & PENANGGUNG JAWAB PROGRAM
1. Berkaitan dengan pengelolaan Lingkungan:
• Mengaktifkan dan mengefektifkan Unit Pengolahan Limbah (UPL), serta berkoordinasi
integrasi dengan daerah Kabupaten / Kota tetangga.
• Penyuluhan dan pelatihan fungsi ekosistem mangrove dan terumbu karang.
• Pemeliharaan ekosistem mangrove-mangrove spesifik
• Reboisasi
• Transplantasi terumbu karang buatan.
.
2. Pengelolaan Sistem Budidaya :
• Pengembangan usaha budidaya di tambak harus memperharikan klasifikasi tambak yang
ada dalam sistem informasi geografis (SIG)
• Pemenuhan sarana produksi tambak untuk peningkatan mutu intensifikasi tambak
• Reboisasi mangrove di lahan tambak sebagai barrier pencemaran
• Penyuluhan tanam dan diversifikasi dan pembinaan pola siklus tanam dengan non
udang (karena kondisi pencemaran berat)
• Pengembangan budidaya laut Karamba Jaring Apung perlu dilakukan kajian Iebih mendalam
3. Pengembangan Perikanan Tangkap :
• Pengendalian usaha penangkapan di wilayah peraian pantai kurang dari 4 mil untuk
mengurangi tekanan terhadap sumberdaya pantai.
• Pengembangan usaha penangkapan diarahkan pada wilayah perairan diatas 4 mil
• Perlu dukungan kelembagaan ekonomi daiam usaha penangkapan tersebut.
Perlu pembahasan secara rinci pemetaan wilayah pesisir dan laut untuk pengembangan perikanan dalam menggerakkan laju gerak pembangunan didaerah.
Selamat Pesisir Pantai Kita.
Rabu, 12 Agustus 2009
STUDI PEMETAAN WILAYAH PESISIR
Post By Thailand aik aik at 00.17.00
Label: PEMETAAN PESISIR
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
studi pemetaan pesisir sgt penting utk mendukung kelestarian alam laut ms dpn. Ayo kita dukung !!!
thanks bro infonya.
Posting Komentar